KONSEP dan TEORI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika mendengar
istilah filsafat maka yang terbayangkan dalam benak pikiran adalah ibarat
“monster” yang seram dimana kita akan kesulitan dalam mengerti, memahami,
filsafat itu sendiri. Jika kita mau melihat sebenarnya filsafat merupakan lahir
dari kehidupan sehari-hari dan kita melaluinya. Permasalahan yang berada dalam
filsafat menyangkut pertanyaan, pertanyaan mengenai makna, kebenaran, dan hubungan
yang logis antara ide-ide yang tidak dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan
empiris.
Perkembangan zaman
berlangsung begitu cepat. Masyarakat berjalan secara dinamis mengiringi
perkembangan zaman tersebut. Seiring dengan hal itu, sebelum membahas lebih dalam tentang filsafat ilmu,
maka kita harus mengetahui tentang apa itu konsep dan apa itu teori.
Oleh
karena itu, penulis bermaksud memaparkan tentang konsep dan teori dalam ilmu
pengrtahuan itu sendiri.
B. Rumusan
Masalah
Adapun
masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dan bagaimana
penjabarannya?
2. Apa itu teori?
3. Bagaimana paparan-paparan tentang teori itu
sendiri?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Ilmu
Dalam setiap ilmu
pengetahuan, terjadi pemilihan gejala-gejala yang akan dipelajari. Terhadap
gejala itu, dalam penelitian dilakukan abstraksi. Abstraksi merupakan
proses atau hasil generalisasi dengan mengurangi isi informasi konsep atau
fenomena yang dapat diamati, biasanya dalam mempertahankannnya hanya informasi
yang relevan dipakai untuk tujuan tertentu.[1]
Sifat-sifat tertentu
yang dikesampingkan biasanya adalah gejala-gejala yang nantinya tidak akan
menjadi bagian dari objek yang diteliti. Aspek yang dikesampingkan itu mungkin
saja dalam penelitian lain justru menjadi sasaran utama untuk diteliti.
Hal-hal tertentu yang
akan menjadi pusat pembicaraan dalam penelitian, harus diberi nama dengan
istilah-istilah tertentu. Istilah-istilah yang merujuk pada gejala-gejala atau
aspek-aspek yang akan diteliti disebut dengan konsep atau pengertian. Setiap
istilah harus diberi pengertian sejelas mungkin. Setelah semua konsep
dijelaskan pengertiannya, maka akan menjadi bagian dari bahasan ilmiah, dan
menjadi bagian dari perbendaharaan cabang ilmu pengetahuan tertentu.
Konsep-konsep berupa
hasil pemikiran para ilmuwan. Dengan kata lain, hasil pemikiran dikomunikasikan
dengan menggunakan konsep-konsep yang sudah diterima pengertiannya dalam cabang
ilmu yang bersangkutan.
Konsep merupakan
lambang dari segi-segi tertentu dalam kehidupan manusia dan digunakan untuk
mengomunikasikan pikiran-pikiran dan hasil- hasil penelitian dalam ilmu-ilmu
pengetahuan. Penggunaan konsep mempermudah komunikasi karena dengan pengertian
singkat, suatu pemikiran yang panjang dan berbelit-belit dapat dilambangkan.
Hal itu dapat dilakukan berkat adanya proses abstraksi dan adanya kesepakatan
pihak-pihak yang menggunakan konsep itu mengenai apa yang dilambangkan oleh
konsep-konsep tersebut.[2]
Dengan demikian,
seseorang yang hendak menekuni suatu cabang ilmu tertentu mutlak harus
menguasai konsep-konsep yang digunakan dalam ilmu pengetahuan tersebut.
Dengan kata lain, jika
seseorang ingin mempelajari suatu ilmu pengetahuan, dia harus menguasai
conceptual system (sistem konsep) yang digunakan dalam ilmu itu. Jadi, di dalam kita mempelajari filsafat ilmu, salah satu konsep yang harus Anda kuasai adalah cabang cabang filsafat ilmu. Yaitu, ontologi, epistemologi dan aksiologi.
B. Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang
saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan
fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan Teori sebagai ide pemikiran
“pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan
mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.[3]
“ A theory is a set
of interrelated constructs (concepts), definitions, and propositions that
present a systematic view of phenomena by specifying relations among variables,
with the purpose of explaning and predicting the phenomena.”
Di dalam definisi ini
terkandung tiga konsep penting
Pertama, suatu teori adalah satu set proposisi yang terdiri atas
konsep-konsep yang berhubungan. Kedua, teori
memperlihatkan hubungan antarvariabel atau antar konsep yang menyajikan suatu
pandangan yang sistematik tentang fenomena. Ketiga, teori haruslah menjelaskan variabelnya dan bagaimana variabel
itu berhubungan. (Kerlinger (1973:9))
Ismaun (2001:32)
mengemukakan bahwa teori adalah pernyataan yang berisi kesimpulan tentang
adanya keteraturan subtantif.[4]
Kata teori memiliki
arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula
tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan
analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan
fakta-fakta.[5] Selain itu, berbeda
dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara
"sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal
ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki
potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian
matematika.
Perlu diketahui bahwa
teori berbeda dengan idiologi, seorang peneliti kadang-kadang bisa dalam membedakan teori
dan ideologi. Terdapat kesamaan diantara keduanya, tetapi jelas mereka berbeda.
Teori dapat merupakan bagian dari ideologi, tetapi ideologi bukan teori.
Contohnya adalah Aleniasi manusia adalah sebuah teori yang diungkapakan oleh
Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara keseluruhan adalah sebuah
ideologi.
Dalam ilmu pengetahuan,
teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang
menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan,
dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu
hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk
menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda
mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan).
Sering kali, teori
dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya: apabila kucing mengeong
berarti minta makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas banyak observasi
dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan. Istilah
teoritis dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang diramalkan oleh suatu
teori namun belum pernah terobservasi. Sebagai contoh, sampai dengan
akhir-akhir ini, lubang hitam dikategorikan sebagai teoritis karena diramalkan
menurut teori relativitas umum tetapi belum pernah teramati di alam. Terdapat
miskonsepsi yang menyatakan apabila sebuah teori ilmiah telah mendapatkan cukup
bukti dan telah teruji oleh para peneliti lain tingkatannya akan menjadi hukum
ilmiah. Hal ini tidaklah benar karena definisi hukum ilmiah dan teori ilmiah
itu berbeda. Teori akan tetap menjadi teori, dan hukum akan tetap menjadi
hukum.[6]
BAB III
PENUTUP
Konsep merupakan lambang
dari segi-segi tertentu dalam kehidupan manusia dan digunakan untuk
mengomunikasikan pikiran-pikiran dan hasil- hasil penelitian dalam ilmu-ilmu
pengetahuan. Penggunaan konsep mempermudah komunikasi karena dengan pengertian
singkat, suatu pemikiran yang panjang dan berbelit-belit dapat dilambangkan.
Sedangkan teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang
menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan,
dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu
hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk
menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu.
Demikianlah makalah ini kami tulis sebagai syarat untuk
mencapai nilai terbaik dalam mata kuliah Filsafat Ilmu. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Penulis juga mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca atas isi dari makalah ini agar kami bisa menulis dengan
lebih baik lagi dimasa yang akan datang, sebab pepatah mengatakan “tak ada
gading yang tak retak”. Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan wassalam.
DAFTAR PUSTAKA
John W Creswell, Research
Design: Qualitative & Quantitative Approach, (London: Sage, 1993)
Jujun S. Suriasumantri,
(1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Sinar
Harapan.
Moh. Nazir, (1983), Metode
Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia
W.L Neuman, Social
Research Methods: Qualitative & Quantitative Approach, (London: Sage,
2003)
http://www.kumpulanistilah.com/2012/09/pengertian-abstraksi.html diakses tanggal 16 September 2013 pukul 18.22 WIB
http://www.bangmu2.com/2013/04/arti-penting-konsep-dalam-ilmu.html diakses tanggal 16 September 2013 pukul 18.17 WIB
[1] http://www.kumpulanistilah.com/2012/09/pengertian-abstraksi.html diakses
tanggal 16 September 2013 pukul 18.22 WIB
[2] http://www.bangmu2.com/2013/04/arti-penting-konsep-dalam-ilmu.html diakses
tanggal 16 September 2013 pukul 18.17 WIB
[3] John W Creswell, Research
Design: Qualitative & Quantitative Approach, (London: Sage, 1993) hal.,
120
[4] W.L Neuman, Social
Research Methods: Qualitative & Quantitative Approach, (London: Sage,
2003) hal., 42
[6] W.L Neuman, Social Research Methods: Qualitative
& Quantitative Approach, (London: Sage, 2003) hal., 42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar