jam berapa yahhh? :O

Senin, 05 Mei 2014

Analisis Usulan Investasi dan Metode Penilaian Investasi



ANALISIS USULAN INVESTASI
DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Manajemen Keuangan
Pengampu: Siti Amaroh, SE, M.Si






Disusun oleh :
Shofa Rizqy Martita               (212180)
Maulana Iqbal Fammi             (212196)
Ahmad Khoiruddin Na’is       (212197)
Siti Yulaikah                           (212207)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARI’AH / EKONOMI ISLAM
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Pengeluaran untuk investasi di negara sedang berkembang memegang peranan penting sebagai driven pertumbuhan ekonomi. Todaro (2000) dalam Sadono Sukirno (2003) mengatakan bahwa pertumbuhan merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi pada hampir semua negara dewasa ini. Dari beberapa faktor pertumbuhan ekonomi adalah adanya investasi yang mampu memperbaiki kualitas modal atau sumber daya manusia dan fisik, yang selanjutnya akan berhasil meningkatkan kualitas sumber daya baru melalui penemuan-penemuan baru, inovasi dan kemajuan teknologi.[1]
Dalam menganalisis usulan investasi perlu diperhatikan bahwa terdapat kebijakan-kebijakan pemerintah dan diperlukan pertimbangan khusus dalam mengevaluasi suatu investasi serta juga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi investasi. Lebih jelasnya penulis paparkan dalam bab pembahasan.

B.  RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain:
1.    Apa pengertian dari investasi?
2.    Apa penjelasan tentang sifat investasi?
3.    Apa saja tipe usulan investasi?
4.    Apa saja jenis-jenis aliran kas dalam investasi?
5.    Apa perbedaan keuntungan akuntansi dan keuntungan keuangan?
6.    Apa saja metode-metode penilaian investasi dan bagaimana formulasinya?
7.    Adakah kelemahan dan kelebihan dalam metode-metode penilaian investasi?

BAB II
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN INVESTASI
Dalam arti sempit investasi didefinisikan sebagai penanaman modal atau pembentukan modal. Menurut Mankiew (2000), baik rumah tangga maupun perusahaan membeli barang-barang investasi. Perusahaan membeli barang-barang investasi untuk menambah persediaan modal dan mengganti modal yang ada yang telah habis dipakai. Rumah tangga membeli rumah baru juga termasuk keputusan investasi.[2] Investasi adalah pengkaitan sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang.[3] Lebih jelasnya, investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi pada aset-aset finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain. Sedangkan investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.[4]

B.  SIFAT INVESTASI
Ada tiga karakteristik utama dalam investasi jangka panjang yang mesti dipahami seorang investor jika hendak melakukan investasi, antara lain:[5]
1.    Investasi jangka panjang dapat menyangkut aktiva yang dapat dan tidak dapat disusutkan seperti mesin atau tanah.
2.    Hasil yang diharapkan (expected return) dapat diperoleh dari suatu investasi meliputi jangka waktu yang panjang sehingga nilai waktu uang (time value of money) sangat penting untuk diperhitungkan.
3.    Bagaimana menentukan rate of return minimal untuk menghitung nilai waktu uang.

C.  TIPE USULAN INVESTASI
(Hampton, 1980:332) Usulan investasi dalam penganggaran modal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:[6]
1.    Replacement (Penggantian)
Pemakaian aktiva tetap akan menyebabkan keausan atau keusangan, dapat pula dengan adanya penemuan teknologi baru menyebabkan mesin lama menjadi kuno. Oleh karena itu perlu dianggarkan dana guna penggantian aktiva tetap tersebut.
2.    Expansion (Perluasan)
Perusahaan-perusahaan yang berhasil akan mempertimbangkan untuk menambah kapasitas produksinya, yaitu dengan menambah fasilitas produksinya.
3.    Diversification (Penganekaragaman)
Perusahaan akan menganekaragamankan produknya untuk menghindari  dari resiko kegagalan karena hanya memproduksi satu jenis produk. Perusahaan ini akan membeli aktiva baru untuk membuat produk baru.
4.    Research and Development (Riset dan Pengembangan)
Guna kegiatan penelitian dan pengembangan produk, maka perlu menyediakan peralatan yang diperlukan.
5.    Miscellaneous
Usulan investasi yang secara langsung berorientasi pada tujuan memperoleh profit dan tidak termasuk ke dalam ke-4 tujuan usulan investasi di atas, dimasukkan kedalam penganggaran modal lain-lain. Perusahaan umumnya sering menghadapi lebih dari satu usulan proyek investasi, tetapi karena perusahaan mengalami keterbatasan dan budgeting constraint yang dimiliki maka manajemen akan memutuskan untuk memilih satu atau beberapa usulan proyek. Dalam cara menetapkan pemilihan usulan proyek investasi yang tersedia, manajemen dapat menggunakan prosedur penyusunan peringkat (capital rationing) yaitu prosedur penyusunan peringkat usulan proyek berdasarkan prioritasnya.

D.  JENIS-JENIS ALIRAN KAS DALAM INVESTASI
Keputusan investasi yang dilakukan suatu perusahaan akan menentukan apakah suatu perusahaan layak  melakukan investasi atau tidak . Salah satu yang menjadi pertimbangan adalah aliran kas keluar (outflow) yang akan dikeluarkan perusahaan.  Ada 3 macam aliran kas yang terjadi dalam investasi yaitu initial casflow, operational chasflow, dan terminal cashflow.
1.    Initial Cashflow ( Capital Outlays)
Intial cashflow (capital outlays) merupakan aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaran kas pertama kali untuk keperluan investasi.  Cashflow ini misalnya harga perolehan pembelian tanah, pembangunan pabrik, pembelian mesin, perbaikan mesin dan invetasi aktiva tetap lainnya. Jika melakukan investasi pembelian mesin pabrik maka yang termasuk capital outlays atau cash outflow antara lain harga pembelian mesin, biaya pasang percobaan, biaya balik nama (jika ada) dan biaya lain yang harus dikeluarkan mesin tersebut sampai mesin tersebut siap dioperasikan.
2.    Operational Cashflow
Operational cashflow merupakan aliran kas yang terjadi selama umur investasi.  Operational cashflow ini berasal dari pendapatan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya  yang dikeluarkan perusahaan.  Aliran kas operasi sering disebut cash inflow (aliran kas masuk).  Yang nantinya akan dibandingkan dengan cash outflow untuk menutup investasi.
Operational  cashflow (cash inflow) ini biasanya diterima setiap tahun  selama umur ekonomis investasi yang berupa aliran kas masuk bersih (disebut proceeds).  Besarnya proceeds terdiri dari 2 sumber yaitu laba setelah pajak atau Earning After Tas (EAT) ditambah depresiasi.   Biaya depresiasi merupakan sumber kas masuk.  Pada saat terjadi biaya depresiasi perusahaan tidak mengeluarkan biaya yang berbentuk kas walaupun di laporan laba rugi besarnya menambah biaya operasi.  Karena di satu sisi menambah biaya padahal di sisi lain sebenarnya tidak mengeluarkan uang kas  maka sebenarnya ada kas yang terkumpul dan diperlakukan sebagai kas masuk sebesar biaya depresiasi tersebut selama umur aktiva.  Dana yang terkumpul tersebut nantinya akan digunakan untuk membeli aktiva kembali apabila aktiva yang didepresiasi tersebut telah habis umur eknominya.
Dana yang digunakan untuk investasi aktiva tetap dapat berasal dari modal sendiri dan atau modal asing (hutang).  Perbedaan sumber modal yang digunakan untuk investasi tersebut mempengaruhi perhitungan proceeds (aliran kas masuk) investasi yang bersangkutan.  Perhitungan proceeds dari kedua sumber modal tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Proceeds bila menggunakan modal sendiri :
Proceeds  = Laba bersih setelah pajak  + Depresiasi
b.    Proceed bila menggunakan modal sendiri dan Hutang
Proceeds  = Laba bersih setelah pajak  + Depresiasi +  Bunga (1 – Pajak )
3.    Terminal Cashflow
Terminal cashflow merupakan aliran kas masuk yang  diterima oleh perusahaan sebagai akibat habisnya  umur ekonomis suatu proyek investasi. Terminal cashflow ini dapat diperoleh pada akhir umur ekonomis suatu investasi juga dapat diperoleh dari nilai sisa (residu) dari aktiva dan modal kerja yang digunakan untuk investasi.  Nilai residu suatu investasi merupakan nilai aktiva pada akhir umur ekonomisnya yang dihitung dari nilai buku aktiva yang bersangkutan.  Besarnya nilai residu  ini sangat penting dalam perhitungan biaya depresi dan aliran kas untuk perusahaan.
Modal kerja yang digunakan oleh perusahaan akan selalu berputar setiap periode tertentu.   Pada akhir umur ekonomis aktiva yang bersangkutan habis, maka modal kerjanya tidak lagi terikat pada aktiva tersebut dan dapat digunakan untuk kegiatan yang lain.  Pada  saat itulah modal kerja merupakan modal aliran kas masuk.  Karena terjadinya hanya pada akhir umur eknomis saja, maka aliran yang berasal dari modal kerja termasuk dalam terminal cashflow.[7]

E.  PERBEDAAN KEUNTUNGAN AKUNTANSI DAN KEUNTUNGAN KEUANGAN
Keuntungan akuntansi yang di maksud adalah laporan pembukuan laba bersih dari hasil operasi/non operasi setelah dikurangi pengeluaran pajak.
Keuangan yang dimaksud disini adalah aliran kas. Aliran kas untuk tujuan penganggaran modal didefinisikan sebagai arus kas sesudah pajak atas semua modal perusahaan. Secara aljabar, definisi tersebut dapat di uraikan sebagai:
Aliran (arus) Kas    = Δ EBIT – T (ΔEBIT) + Δ Depresiasi
= (I-T) Δ EBIT + Δ Depresiasi
= Δ EAT + (I-T) Δ I + Δ Depresiasi
Dengan:
EBIT          = Earning Before Interest & Taxes (Laba Sebelum Bunga & Pajak)
EBIT          = TR-TVC-TFC
EAT            = Earning After Tax ( Laba Bersih Setelah Bunga & Pajak )
TR              = Total Revenue/Penjualan
TVC           = Biaya Variabel Total (Total Variable Cost)
TFC            = Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost); termasuk biaya depresiasi
T                 = Tingkat pajak yang berlaku bagi perusahaan
I                  = Perubahan beban Bunga[8]
Fokus dari manajemen keuangan dan analisis investasi adalah kas, bukannya keuntungan akuntansi. Keuntungan akuntansi tidak selalu berarti aliran kas. Sebagai contoh, penjualan sebagian barangkali merupakan kredit, sehingga belum ada kas yang masuk. Item biaya tertentu, seperti depresiasi, juga tidak melibatkan kas.[9]

F.   METODE-METODE PENILAIAN INVESTASI
1.    Metode Accounting Rate of Return (ARR) dan Formulasinya
Metode ini menggunakan angka keuntungan menurut akuntansi, dan dibandingkan dengan nilai rata-rata investasi. Metode ini mengatakan bahwa semakin tinggi ARR, semakin menarik usulan investasi tersebut. Tetapi berapa batas dikatakan menarik? Secara konsepsional belum ada cara untuk menentukannya. Kelemahannya: (1) bagaimana menentukan tingkat keuntungan (rate of return) yang dianggap layak, (2) konsep ini menggunakan konsep laba akuntansi, dan bukan arus kas, dan (3) mengabaikan nilai waktu uang.[10]
Penerimaan atau penolakan rencana investasi adalah dengan membandingkan besarnya tarif ARR dengan standar (benchmark) yang sudah ditentukan, misalnya dengan time-adjusted rate of return. [11]
Rumusnya:
ARR =

ARR =                        

Jika menyangkut proyek penghematan biaya, maka rumusnya menjadi:

2.    Metode Payback Period (PP) dan Formulasinya
Metode ini menghitung berapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali. Karena itu hasil penghitungannya dinyatakan dalam satuan waktu (tahun atau bulan). Semakin pendek PP, semakin menarik investasi tersebut. Namun jika ditanya berapa PP minimal, secara konsepsional belum bisa dirumuskan.[12] Ada juga definisi periode pengembalian (payback period) adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan-penerimaan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Dengan demikian, periode pengembalian kembali ini mengukur kecepatan kembalinya dana investasi, bukan mengukur profitabilitas.[13]
Terdapat dua kategori rumus, yakni:[14]
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda adalah:
Periode pengembalian = n +  × 1 tahun

Keterangan simbol:
n = tahun terakhir di mana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula
a = jumlah investasi mula-mula
b = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n
c = jumlah arus kas kumulatif pada tahun ke-n+1
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya sama adalah:
Periode pengembalian =  × 1 tahun

Suatu usulan proyek investasi akan diterima jika periode pengembalian yang dihasilkan lebih cepat dari yang disyaratkan. Sebaliknya, jika periode pengembalian yang dihasilkan lebih lama dari yang disyaratkan, maka usulan proyek investasi tersebut ditolak. Jika usulan proyek investasi tersebut lebih dari satu, maka yang dipilih adalah usulan proyek investasi yang menghasilkan periode pengembalian paling cepat.
3.    Metode Net Present Value (NPV) dan Formulasinya
Metode ini menggunakan pertimbangan bahwa nilai uang sekarang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai uang pada waktu mendatang, karena adanya faktor bunga. Metode NPV merupakan metode yang dipakai untuk menilai usulan proyek investasi yang mempertimbangkan nilai waktu dari uang (time value of money) sehingga arus ks yang dipakai adalah arus kas yang telah didiskontokan atas dasar biaya modal (cost of capital) perusahaan atau tingkat bunga atau tingkat pengembalian yang disyaratkan (required rate of return-RRR).[15] Suatu investasi dikatakan menguntungkan (profitable) kalau investasi tersebut bisa membuat pemodal menjadi lebih kaya. Dengan kata lain, kemakmuran pemodal menjadi lebih besar setelah melakukan investasi. Pengertian ini konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
Selisih antara PV penerimaan dengan PV pengeluaran disebut sebagai Net Present Value (NPV). NPV yang positif menunjukkan bahwa PV penerimaan  ˃ PV pengeluaran. Karena itu NPV yang positif berarti investasi yang diharapkan akan meningkatkan kekayaan pemodal. Karenanya investasi tersebut dinilai menguntungkan. Dengan demikian, maka decision rule kita adalah, “terima suatu usulan investasi yang diharapkan memberikan NPV yang positif, dan tolak kalau memberikan NPV yang negatif”.
Bagaimana kalau NPV = 0? Dalam prakteknya akan sangat sulit untuk memperoleh hasil seperti itu, tetapi secara teoritis dimungkinkan. Dalam keadaan tersebut kita harus mengingat apakah penentuan tingkat bunga yang kita anggap relevan dalam penghitungan NPV telah mempertimbangkan unsur risiko. Kalau sudah, investasi tersebut juga seharusnya kita terima.
Dengan demikian penghitungan NPV memerlukan dua kegiatan penting, yaitu (1) menaksir arus kas, dan (2) menentukan tingkat bunga yang dipandang relevan.[16]
Rumusnya adalah sebagai berikut:[17]
NPV =  +  +  + ... +  – OI

Keterangan simbol:
CF1, CF2, CF3, CFn              = arus kas tahun ke-1, 2, 3, sampai ke-n
i                                       = biaya modal/tingkat suku bunga/RRR yang dicari, karena pada tingkat diskonto inilah NPV akan menjadi nol
n                                      = umur proyek investasi
OI                                    = investasi awal (original investment)
Secara teoritis penggunaan NPV akan memberikan hasil yang terbaik dalam penilaian profitaabilitas investasi. Di samping itu, NPV menunjukkan tambahan kemakmuran riil yang diperoleh pemodal dengan mengambil suatu proyek. Apabila kita kaitkan dengan tujuan normatif manajemen keuangan, maka NPV konsisten dengan tujuan normatif tersebut[18].
4.    Metode Profitability Index (PI) dan Formulasinya
Metode ini merupakan perbandingan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar. Decision rule PI adakah “terima investasi yang diharapkan memberikan PI ≥ 1,0”. Rumus PI:[19]
PI =

Atau disebut perbandingan antara PV arus kas dengan investasi awal yang dapat dirumuskan sebagai berikut:[20]

PI =
Keterangan simbol:
CF          = arus kas
i              = RRR
OI          = investasi awal (original investment)
Metode ini akan memberikan hasil yang konsisten dengan metode NPV. Suatu investasi akan diterima jika indeks profitabilitasnya lebih besar dari satu, dan sebaliknya akan ditolak jika indeks profitabilitasnya lebih kecil dari satu. Apabila ada usulan proyek investasi lebih dari satu bersifat mutually exclusive, maka yang diterima adalah proyek investasi yang mempunyai PI terbesar.[21]
Adapun kelemahan metode PI yakni akan selalu memberikan keputusan yang sama dengan NPV kalau dipergunakan untuk menilai usulan investasi yang sama. Tetapi kalau dipergunakan untuk memilih proyek yang mutually exclusive, metode PI bisa kontradiktif dengan NPV. Secara umum sebenarnya kriteria NPV mengisyaratkan bahwa perusahaan seharusnya memilih proyek-proyek yang memaksimumkan NPV.[22]
5.    Metode Internal Rate of Return (IRR) dan Formulasinya
Tingkat pengembalian internal (internal rate of return-IRR) merupakan tingkat bunga yang menyamakan PV kas masuk dengan PV kas keluar[23]. Decision rule metode ini adalah “terima investasi yang diharapkan memberikan IRR ≥ tingkat bunga yang dipandang layak”[24]. Atau juga dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang dapat menjadikan NPV sama dengan nol, karena PV arus kas pada tingkat bunga tersebut sama dengan investasi awalnya. Metode ini juga memperhitungkan nilai dan waktu dari uang, sehingga arus kas yang diterima telah didiskontokan atas dasar biaya modal/tingkat bunga/RRR.[25]
Rumusnya sebagai berikut:
NPV = 0 =  +  +  + ... +  – OI

Keterangan simbol:
CF1, CF2, CF3, CFn              = arus kas tahun ke-1, 2, 3, sampai ke-n
i                                       = biaya modal/tingkat suku bunga/RRR yang dicari, karena pada tingkat diskonto inilah NPV akan menjadi nol
n                                      = umur proyek investasi
OI                                    = investasi awal (original investment)[26]

Langkah-langkah untuk menghitung IRR sebagai berikut:[27]
a.    Hitung PV atas arus kas yang dihasilkan usulan proyek investasi tersebut dengan menggunakan tingkat suku bunga yang dipilih secara sembarang.
b.    Bandingkan hasil perhitungan poin a di atas dengan nolai OI-nya:
1)   Jika hasilnya negatif, cobalah dengan suku bunga yang lebih rendah.
2)   Jika hasilnya positif, cobalah dengan suku bunga yang lebih tinggi.
c.    Lanjutkan langkah poin b di atas sampai PV-nya mendekati OI (selisih PV dengan investasi awal = -1 dan +1)

NPV yang positif artinya dana yang diinvestasikan dalam proyek investasi tersebut dapat menghasilkan PV arus kas masuk lebih tinggi daripada PV investasi awal, sehingga IRR-nya lebih tinggi dibandingkan dengan biaya modal/tingkat suku bunga/RRR.
Suatu usulan proyek investasi diterima jika IRR-nya lebih tinggi atau sama dengan biaya modal/tingkat suku bunga/RRR. Sebaliknya, suatu usulan proyek investasi ditolak jika IRR-nya lebih rendah dari biaya modal/tingkat suku bunga/RRR. Jika usulan proyek investasi tersebut lebih dari satu dan bersifat mutually exclusive, yang diterima adalah yang menghasilkan IRR paling tinggi.[28]
NPV dan IRR berhubungan negatif (berlawanan), yaitu apabila IRR mendekati nol, maka NPV akan mendekati maksimum. Sebaliknya, apabila NPV mendekati nol, maka IRR akan mendekati maksimum. Pada umumnya NPV dan IRR akan memberikan kesimpulan yang sama untuk menerima atau menolak suatu usulan proyek investasi yang bersifat mutually exclusive. Hal ini disebabkan karena semua nilai pada rumus penghitungan NPV dan IRR adalah sama, kecuali untuk IRR dan i.[29]
NPV =

Kelemahan metode IRR, antara lain:[30]
a.    bahwa i yang dihitung akan merupakan angka yang sama untuk setiap tahun usia ekonomis. Metode IRR tidak memungkinkan menghitung IRR yang (mungkin) berbeda tiap tahunnya. Padahal secara teoritis dimungkinkan terjadi tingkat bunga berbeda tiap tahun.
b.    bisa diperoleh i yang lebih dari satu angka (multiple IRR).
c.    pada saat perusahaan harus memilih proyek yang bersifat mutually exclusive (artinya pilihan yang satu meniadakan pilihan lainnya). Dalam situasi mutually exclusive kita mungkin salah memilih proyek kalau kita menggunakan kriteria IRR. Penggunaan IRR akan tepat kalau dipergunakan incremental IRR.














BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi pada aset-aset finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Ada tiga karakteristik utama dalam investasi jangka panjang yang mesti dipahami seorang investor jika hendak melakukan investasi, antara lain: (1) Investasi jangka panjang dapat menyangkut aktiva yang dapat dan tidak dapat disusutkan seperti mesin atau tanah; (2) Hasil yang diharapkan (expected return) dapat diperoleh dari suatu investasi meliputi jangka waktu yang panjang sehingga nilai waktu uang (time value of money) sangat penting untuk diperhitungkan; dan (3) Bagaimana menentukan rate of return minimal untuk menghitung nilai waktu uang.
(Hampton, 1980:332) mengklasifikasikan tipe usulan investasi sebagai berikut: Replacement (Penggantian), Expansion (Perluasan), Diversification (Penganekaragaman), Research and Development (Riset dan Pengembangan), dan Miscellaneous. Adapun jenis aliran kas dalam investasi adalah sebagai berikut: Initial Cashflow ( Capital Outlays), Operational Cashflow, dan Terminal Cashflow.
Keuntungan akuntansi dan keuangan memiliki perbedaan. Keuntungan akuntansi yang di maksud adalah laporan pembukuan laba bersih dari hasil operasi/non operasi setelah dikurangi pengeluaran pajak. Keuangan yang dimaksud disini adalah aliran kas. Aliran kas untuk tujuan penganggaran modal didefinisikan sebagai arus kas sesudah pajak atas semua modal perusahaan.
Adapun juga metode penilaian investasi. Terdapat 5 metode penilaian investasi: (1) Metode Accounting Rate of Return (ARR); (2) Metode Payback Period (PP); (3) Metode Net Present Value (NPV); (4) Metode Profitability Index (PI); dan (5) Metode Internal Rate of Return (IRR).


DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Dr. Suad Husnan, MBA, Dra. Enny Pudjiastuti, MBA, Akt., Seri Penuntun Belajar Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi I, Cetakan I, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1994
Drs. Abdul Halim, MM, Ak, Analisis Investasi, Edisi II, Jakarta: Salemba Empat, 2005
Drs. Bambang Hariadi, M.Ec., Akt., Akuntansi Manajemen Suatu Sudut Pandang, Edisi I, Yogyakarta: BPFE, 2002
Erni Umi Hasanah, SE, M.Si., Drs. Danang Sunyoto, SH, MM, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro (Teori & Soal), Yogyakarta: CAPS, 2013
Sunarto, SE, MM, Akuntansi Manajemen, Edisi II, Yogyakarta: AMUS, 2004
Website:
Nurdinmappa, Kebijakan Invetasi, 2011. Lihat di http://im3unismuh.wordpress.com/2011/07/31/kebijakan-investasi/ diakses tanggal 23 April 2014
Tiara Lenggogeni, Manajemen Keuangan Perusahaan, 2010. Lihat di http://tiaralenggogeni.wordpress.com/2010/12/17/manajemen-keuangan-perusahaan/ diakses tanggal 28 April 2014
Tito Sianturi, Usulan Investasi dan Evaluasi Proyek, 2010. Lihat di http://imsuresuccess.blogspot.com/p/usulan-investasi-dan-evaluasi-proyek.html diakses tanggal 23 April 2014


[1] Erni Umi Hasanah, SE, M.Si., Drs. Danang Sunyoto, SH, MM, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro (Teori & Soal), Yogyakarta: CAPS, 2013, hlm. 55
[2] Ibid., hlm. 58-59
[3] Sunarto, SE, MM, Akuntansi Manajemen, Edisi II, Yogyakarta: AMUS, 2004, hlm.144
[4] Drs. Abdul Halim, MM, Ak, Analisis Investasi, Edisi II, Jakarta: Salemba Empat, 2005, hlm.4
[5] Drs. Bambang Hariadi, M.Ec., Akt., Akuntansi Manajemen Suatu Sudut Pandang, Edisi I, Yogyakarta: BPFE, 2002, hlm. 596-597
[6] Tito Sianturi, Usulan Investasi dan Evaluasi Proyek, 2010. Lihat di http://imsuresuccess.blogspot.com/p/usulan-investasi-dan-evaluasi-proyek.html diakses tanggal 23 April 2014
[7] Nurdinmappa, Kebijakan Invetasi, 2011. Lihat di http://im3unismuh.wordpress.com/2011/07/31/kebijakan-investasi/ diakses tanggal 23 April 2014
[8] Tiara Lenggogeni, Manajemen Keuangan Perusahaan, 2010. Lihat di http://tiaralenggogeni.wordpress.com/2010/12/17/manajemen-keuangan-perusahaan/ diakses tanggal 28 April 2014
[10] Dr. Suad Husnan, MBA, Dra. Enny Pudjiastuti, MBA, Akt., Seri Penuntun Belajar Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi I, Cetakan I, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1994, hlm.108-109
[11] Drs. Bambang Hariadi, M.Ec., Akt., Op. Cit., hlm. 624-625
[12] Dr. Suad Husnan, MBA, Dra. Enny Pudjiastuti, MBA, Akt., Op. Cit., hlm.109
[13]Drs. Abdul Halim, MM, Ak, Op. Cit., hlm.144
[14] Ibid., hlm.144
[15] Drs. Abdul Halim, MM, Ak, Op. Cit., hlm.146
[16] Dr. Suad Husnan, MBA, Dra. Enny Pudjiastuti, MBA, Akt., Op. Cit., hlm.108
[17] Drs. Abdul Halim, MM, Ak, Op. Cit., hlm.147
[18] Dr. Suad Husnan, MBA, Dra. Enny Pudjiastuti, MBA, Akt., Op. Cit., hlm.110
[19] Ibid., hlm.109
[20] Drs. Abdul Halim, MM, Ak, Op. Cit., hlm.156
[21] Ibid., hlm.156
[22] Dr. Suad Husnan, MBA, Dra. Enny Pudjiastuti, MBA, Akt., Op. Cit., hlm.110
[23] Ibid., hlm.19
[24] Ibid.,, hlm.109
[25] Drs. Abdul Halim, MM, Ak, Op. Cit., hlm.151
[26] Ibid.,, hlm.151
[27] Ibid., hlm.151
[28] Ibid., hlm.152
[29] Ibid.,  hlm.154
[30] Dr. Suad Husnan, MBA, Dra. Enny Pudjiastuti, MBA, Akt., Op. Cit., hlm.110

Tidak ada komentar:

Posting Komentar