KITAB
LUBABUL HADITS
BAB
XXVIII – XXX BESERTA URAIAN SYARAHNYA
Disusun
Guna
Memenuhi
Tugas
Mata
Kuliah
: Bahasa Arab II
Dosen
Pengampu : Edi Bachtiar, M.Ag.
Oleh
:
Shofa
Rizqy Martita (212180)
Nissa
Ardianti Rosita (212205)
Yuni
Viasari (212206)
KEMENTRIAN
AGAMA
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
PRODI
EKONOMI ISLAM
TAHUN
2013
الْبَابُ
الثَّامِنُ وَالْعِشْرُوْنَ
BAB
XXVIII
فِيْ
مَنْعِ شُرْبِ الْخَمْرِ
Tentang
Larangan Minum Khamr
وهي
المعتصر من العنب اذا غلى وقذف بالزبد او من غير العنب وروى فى الصحيحين أن عمر
رضي الله عنه قال على منبر رسول الله صلى الله عليه وسلم ألا ان الخمر قد حرّمت
وهي من خمسة من العنب والتمر والعسل والحنطة والشعير والخمر ما خامر العقل أي ستره
كذا في الزواجر (تنقيح القول)
Khamr
adalah perasan dari biji anggur atau selainnya yang menyebabkan orang yang meminumnya menjadi mabuk. Dan
diriwayatkan dalam kitab shohih Bukhori dan Muslim, sesungguhnya Umar ra.
berkata di atas mimbar Rasulullah SAW (masjid Nabawi) bahwa sesungguhnya khamr
itu haram. Dan khamr itu berasal dari lima perkara, yaitu : anggur, kurma,
madu, jagung, dan gandum. Dan yang dinamakan khamr itu adalah sesuatu yang
dapat menghilangkan kesadaran (mabuk). Seperti ini keterangan dari kitab
Zawajir. (Tanqihul Qaul)
Hadits 1
قَالَ
النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصًّلَاةُ وَالسَّلَامُ : مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ فِى
الدُّنْيَا لَمْ يَشْرَبْهَا فِى الْآخِرَةِ.
Nabi
Saw. bersabda : “Barangsiapa yang meminum khamr di dunia, maka dia tidak
akan meminumnya di akhirat.”
(قَالَ
النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصًّلَاةُ وَالسَّلَامُ مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ فِى
الدُّنْيَا لَمْ يَشْرَبْهَا) أي الخمر(فِى الْآخِرَة) قال بعضهم هذا وعيد بأنه لا
يدخل الجنة لأن الخمر شراب اهل الجنة الا أنهم لا يصدعون عنها ولا ينزفون ومن دخل
الجنة لا يحرم شربها أو كان يدخل الجنة ويحرم شرب الخمر بأن لا يشتهي شربها فى
الجنة كما لا يشتهي منزلةمن هو أرفع منه لحديث البيهقى من شرب الخمر فى الدنيا ولم
يتب لم يشربها فى الاخرة وان دخل الجنة وروى احمد ومسلم وأبو داود والترمذى
والنسائى وابن ماجه عن ابن عمر كل مسكر خمر وكل مسكر حرام ومن شرب الخمر فى الدنيا
فمات وهو يد منها ولم يتب لم يشربها فى الاخرة (تنقيح القول)
(Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa meminumnya di dunia
maka tidak meminumnya) maksudnya khamr (di akhirat.”) Hadits ini menerangkan
bahwa sesungguhnya orang yang minum khamr di dunia maka tidak akan masuk surga,
karena khamr adalah minuman ahli surga. Hanya saja khamr di surga tidak
memabukkan seperti khamr di dunia. Oleh karena itu, orang yang masuk surga
tidak diharamkan minum khamr. Meskipun begitu, ada juga ahli surga yang tidak
ingin minum khamr. Yang seperti itu selaras dengan hadits yang diriwayatkan
oleh Baihaqi : “Barang siapa yang minum khamr di dunia tapi dia tidak
bertaubat, maka dia tidak meminumnya di akhirat meskipun dia masuk surga.” Dan
juga hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i
dan Ibnu majah dari Ibnu Umar : “Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan
setiap yang memabukkan itu haram, dan barang siapa yang minum khamr di dunia
lalu mati sebelum bertaubat, maka tidak akan meminumnya di akhirat.” (Tanqihul
Qoul)
Hadits
2
وَ قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ مَنْ شَرِبَ
الْخَمْرَ مُمْسِيًا اَصْبَحَ مُشْرِكًا وَمَنْ شَرِبَهَا مُصْبِحًا اَمْسى
مُشْرِكًا.
Nabi
Saw. bersabda : “Barangsiapa yang meminum khamr di waktu sore, maka dia
menjadi musyrik di waktu pagi, dan barang siapa yang meminumnya di waktu pagi,
maka dia menjadi musyrik di waktu sore.”
(وَ
قَالَ عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ مُمْسِيًا اَصْبَحَ
مُشْرِكًا وَمَنْ شَرِبَهَا مُصْبِحًا اَمْسى مُشْرِكًا) وفى الجامع من شرب بصقة
من خمر أي شيئا قليلا بقدر ما يخرج من الفم من البصاق فاجلدوه ثمانين أى ان كان
حرا والافعشرين رواه الطبرانى عن ابن عمرو ابن عاص (تنقيح القول)
(Dan Rasulullah
SAW bersabda : “Barang siapa yang minum khamr di waktu sore, maka paginya
musyrik, dan barang siapa yang minum khamr di waktu pagi, maka sorenya
musyrik.”) Ada dalam salah satu riwayat hadits Thabrani dari Ibnu Amr bin Ash :
“Barang siapa yang minum khamr meskipun sedikit sehingga menyebabkan mabuk,
maka harus dijilid sebanyak 80 kali.” (Tanqihul Qoul)
Hadits 3
وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : اَلْخَمْرُ اُمُّ
الْخَبَائِثِ فَمَنْ شَرِبَهَا لَمْ تُقْبَلْ صَلَاتُهُ اَرْبَعِيْنَ يَوْمًا فَاِنْ
مَاتَ وَهِيَ فِيْ بَطْنِه مَاتَ مَيْتَةً جَاهِلِيَّةً.
Nabi
Saw. bersabda : “ Khamr adalah pusat kejelekan, barang siapa meminumnya maka
shalatnya selama empat puluh hari tidak diterima, dan jika dia mati sedangkan
di dalam perutnya masih ada khamr, maka matinya sebagai orang jahiliyyah
(kafir).”
(وَقَالَ
عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ اَلْخَمْرُ اُمُّ الْخَبَائِثِ فَمَنْ شَرِبَهَا لَمْ
تُقْبَلْ صَلَاتُهُ اَرْبَعِيْنَ يَوْمًا) خص صلى الله عليه وسلم الصلاة بالذكر
لأنها أفضل عبادات البدن والأربعين لأن الخمر تبقى فى أعضائه أربعين يوما وقال
بعضهم ذلك محمول على الزجر والتنفير(فَاِنْ مَاتَ وَهِيَ فِيْ بَطْنِه مَاتَ
مَيْتَةً) بكسر الميم بالتنوين (جَاهِلِيَّة) أى كميتة أهل الجاهلية أي صارمنا بذا
للمشرع تشبيها بأهل الجاهلية رواه الطبرانى عن ابن عمرو ابن العاص باسناد حسن
(تنقيح القول)
(Dan Rasulullah SAW bersabda : “Khamr itu sumber kejelekan.
Barang siapa meminumnya, maka tidak akan diterima sholatnya selama 40 hari.”)
Rasulullah SAW bersabda dengan menyebutnya karenanya lebihnya ibadah badan 40
hari itu. Karena khamr itu mempengaruhi fisik orang yang meminumnya selama 40
hari. Yang demikian itu untuk membuat jera dan mengingatkan orang islam agar
tidak mendekati larangan Allah tersebut. Dan Jika mati sebelum bertaubat, maka
termasuk orang yang mati jahiliyyah (kafir). Hadits ini diriwayatkan oleh
Thabrani dari Ibnu Amr bin Ash dengan sanad yang hasan. (Tanqihul Qoul)
Hadits 4
وَقَالَ عَلَيْهِ
السَّلَامُ اَلْخَمْرُ جِمَاعُ الْاِثْمِ.
Nabi
Saw. bersabda : “Khamr adalah tempat berkumpulnya semua dosa (kejelekan).”
(وَقَالَ عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ اَلْخَمْرُ جِمَاعُ الْاِثْمِ) كما
قال عثمان ابن عفان رضي الله عنه اجتنبوا الخمر فانه كان ممن قبلكم رجل يتعبدو
يعتزل الناس فلقيته امرأةبغى أى زانية فأرسلت جاريتها اليه فقالت انا ندعوك لشاهدة
فلما دخل من باب أغلقت الباب حتى أفضى الى تلك المرأة وعندها غلام وقدحمن خمر
فقالت والله ما دعوتك لشاهدة وانما دعوتك لتقع على أو تقتل هذا الغلام أو تشرب هذا
الخمر فاختار شرب الخمر على الزنا والقتل لأن كلا منهما أعظم وزرا من شرب الخمر
فلما شربها واقعها وقتل الغلام (تنقيح القول)
(Dan Rasulullah SAW bersabda : “Khamr itu tempat berkumpulnya
dosa”.) Sebagaimana Utsman bin Affan ra. berkata : Jauhilah kamu sekalian pada
khamr. Maka sesungguhnya pada zaman sebelum kalian pernah terjadi pada seorang
laki-laki ahli ibadah dan yang menjauhi interaksi dengan manusia (‘uzlah). Di
mana saat laki-laki itu bertemu dengan seorang pelacur yang sangat cantik. Pelacur
itu ingin menjerumuskan laki-laki itu. Lalu pelacur itu mengirim salah satu
gadis panggilan yang sangat cantik untuk berkunjung ke rumah laki-laki itu.
Sampai di sana, gadis itu berkata bahwa laki-laki itu diminta datang ke
rumah pelacur itu. Setelah laki-laki itu sampai di rumah pelacur itu, pelacur
itu berkata : “Aku mengundangmu untuk silaturrahim.” Lalu laki-laki itu diajak
masuk ke dalam kamar. Ketika sudah di dalam kamar, pintu pun dikunci. Di dalam
kamar, pelacur yang sangat cantik itu duduk dan di sebelahnya ada seorang bayi
dan khamr. Pelacur itu berkata : “Aku tidak mengundangmu untuk sekedar
silaturrahim, tapi aku ingin kamu melakukan salah satu dari tiga hal, yaitu :
jima’ denganku, membunuh bayi ini, atau minum khamr ini.” Karena laki-laki itu
bingung, maka ia memilih untuk minum khamr. Sebab, menurutnya dosa minum khamr
lebih ringan daripada zina dan membunuh bayi tanpa dosa. Setelah laki-laki itu
minum khamr, lalu mabuk. Ketika mabuk,
ia berzina dan membunuh bayi yang ada di depannya itu. Seperti itulah bahayanya
minum khamr. (Tanqihul Qoul)
Hadits 5
وَقَالَ
عَلَيْهِ السَّلَامُ شَارِبُ الْخَمْرِ مَلْعُوْنٌ.
Nabi
Saw. bersabda : “Peminum khamr itu dilaknat oleh Allah Ta’ala.”
(وَقَالَ عَلَيْهِ الصلاة
والسَّلَامُ شَارِبُ الْخَمْرِ مَلْعُوْنٌ) لأنها حرام فى كل دين فان حفظ العقل من
الموبقات هو الذى اتفق أهل الملل على وجوب حفظه (تنقيح القول)
(Dan Rasulullah SAW bersabda : “Peminum
khamr itu dilaknat Allah SWT.”) Sesungguhnya semua agama mengharamkannya untuk
menjaga kesehatan akal. Karena khamr itu dapat merusak akal. Oleh karena itu
minum khamr diharamkan oleh semua agama. (Tanqihul Qoul)
Hadits 6
وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : شَارِبُ
الْخَمْرِ كَعَابِدِ الْوَثَنِ وَشَارِبُ الْخَمْرِ كَعَابِدِ اللَّاتَ
وَالْعُزّى.
Nabi
Saw. bersabda : “Peminum khamr itu seperti penyembah berhala, dan juga
seperti penyembah berhala Lata dan berhala Uzza.”
(وَقَالَ
عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ : شَارِبُ الْخَمْرِ كَعَابِدِ الْوَثَنِ وَشَارِبُ
الْخَمْرِ كَعَابِدِ اللَّاتَ وَالْعُزّى) أى ان استحل ذلك أو هو زجر وتنفير رواه
الحارث بن أبى أسامة عن ابن عمرو بن العاص. واللات هو صنم ثفيف والعزى هى شجرة
لغسان وهما أعظم أصنام الكفار (تنقيح القول)
(Dan Rasulullah SAW bersabda : “Orang yang
minum khamr itu sama dengan orang yang menyembah berhala. Dan orang yang minum
khamr itu sama saja dengan orang yang menyembah berhala Lata dan Uzza.”)
Maksudnya sesungguhnya ia minta dihalalkan akan hal itu atau dia mencela dan
berselisih. Diriwayatkan oleh Harits bin Abi Usamah dari Ibnu Amr bin Ash. Keduanya
adalah berhala yang paling diagungkan oleh orang-orang kafir. (Tanqihul Qoul)
Hadits 7
وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ مَنْ شَرِبَ
الْخَمْرَ فَقَدْ كَفَرَ بِمَآ اَنْزَلَ اللهُ تَعَالى عَلى اَنْبِيَائِه وَمَنْ
سَلَّمَ عَلَى شَارِبِ الْخَمْرِ وَصَافَحَهُ اَحْبَطَ اللهُ تَعَالى عَمَلَهُ
اَرْبَعِيْنَ سَنَةً.
Nabi
Saw. bersabda : “Barangsiapa yang minum khamr, maka ia pun telah benar-benar
mengingkari kebenaran kitab Allah Ta’ala yang telah diturunkan kepada Nabi-Nya.
Dan barangsiapa yang menyampaikan salam kepada para peminum khamr atau berjabat
tangan dengannya, maka Allah Ta’ala melebur amal baiknya selama empat puluh
tahun.”
(وَقَالَ عَلَيْهِ الصلاة
والسَّلَامُ مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ فَقَدْ كَفَرَ بِمَآ اَنْزَلَ اللهُ تَعَالى
عَلى اَنْبِيَائِه وَمَنْ سَلَّمَ عَلَى شَارِبِ الْخَمْرِ وَصَافَحَهُ اَحْبَطَ
اللهُ تَعَالى عَمَلَهُ اَرْبَعِيْنَ سَنَةً) وفى الزواجر قال صلى الله عليه وسلم
لا تجالسو شراب الخمر ولا تعودوا مرضاهم ولا تشهدوا جنائزهم وان شارب الخمر يجئ
يوم القيامة مسودا وجهه مدلعا لسانه على صدره يسيل لعابه بقذره كل من رآه قال بعض
العلماء وانما نهى عن عيادتهم والسلام عليهم لأن شارب الخمر فاسق ملعون قد لعنه
الله ورسوله فان اشتراها. أو عصرها كان ملعونا مرتين وان سقاها لغيره كان ملعونا
ثلاث مرات فلذلك نهى عن عيادته والسلام عليه الا أن يتوب فان تاب تاب الله عليه
(تنقيح القول)
(Dan Rasullah SAW bersabda : “Barang siapa
yang minum khamr maka sungguh ia kafir dengan kitab-kitab Allah Ta’ala yang
diturunkan kepada Nabi-Nya. Dan barang siapa yang menebarkan salam atau
berjabat tangan pada peminum khamr, maka akan dilebur amalnya oleh Allah Ta’ala
selama 40 tahun.”) Di dalam kitab Zawajir, Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah
kalian duduk bersama peminum khamr. Dan janganlah menjenguk ketika ia sakit.
Dan jangan menyaksikan ketika ia mati. Dan sungguh peminum khamr itu besok di
hari kiamat berwajah hitam, lidahnya menjalar-jalar hingga ke dadanya hingga
keluar air liurnya. Tiap orang yang melihatnya merasa jijik.” Sebagian ulama’
mengatakan : “Dan sesungguhnya seluruh umat islam dilarang menjenguk mereka
ketika sakit dan menebarkan salam atas mereka. Karena peminum khamr itu
termasuk orang fasik yang dilaknat oleh Allah dan Rasulullah. Jika ia
membawanya sendiri, maka ia dilaknat 2 kali lipat (membawa lalu meminum). Dan
jika ia juga mengajak orang lain untuk minum, maka dilaknat 3 kali lipat
(membawa, meminum, serta mengajak).” Oleh karena itu, umat islam dilarang
menjenguk peminum khamr ketika sakit dan menebarkan salam atasnya. Apabila ia
bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya. (Tanqihul Qoul)
Hadits 8
وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : لَايَجْتَمِعُ
الْخَمْرُ وَالْاِيْمَانُ فِيْ قَلْبِ امْرِئٍ اَبَدًا.
Nabi Saw. bersabda : “Khamr
dan iman tidak akan pernah berkumpul jadi satu dalam hati seseorang untuk
selamanya.”
(وَقَالَ
عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ لَايَجْتَمِعُ الْخَمْرُ وَالْاِيْمَانُ فِيْ قَلْبِ
امْرِئٍ اَبَدًا) وفي حديث الطبرانى عن أبي هريرة من شرب خمرا أي عالما مختارا خرج
نورالأيمان من جوفه أى فان تاب عاد اليه وعن الفضيل بن عياض أنه حضر عند تلميذ لهحضره
الموت فجعل يلقنه الشهادة ولسانه لا ينطق بها فكررهاعليه فقال أقولها وأنا برئ
منها ثم مات فخرج الفضيل من عنده وهو يبكى ثم رآه بعد مدة فى منامه وهو يسحب به فى
النار فقال له يا مسكين بم نزعت منك المعرفة فقال يا أستاذ كان بى علة فأتيت بعض
الاطباء فقال لى تشرب فى كل سنة قدحا من الخمر وان لم تفعل تبق بك علتك فكنت
أشربها فى كل سنة لأجل التداوى فهذا حال من شربها للتداوى فكيف حال من يشربها لغير
ذلك نسأل الله العافية من كل بلاء ومحنة كذا فى الزواجر (تنقيح القول)
(Dan Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya khamr dan iman itu selamanya tidak akan berkumpul menjadi satu di
dalam hati manusia.”) Dan di dalam hadits Thabrani dari Abu Hurairah :
“Sesungguhnya orang yang beriman atau orang alim yang minum khamr itu akan
hilang cahaya keimanannya. Tapi jika ia bertaubat, maka imannya akan kembali.”
Dan dari Fudhail bin Iyadh, sesungguhnya ia menemani muridnya ketika sedang
didatangi maut. Muridnya dituntun melafalkan syahadat, tapi lisannya tidak bisa
berucap. Fudhail menuntunnya lagi agar muridnya mau melafalkannya lagi, tapi
tetap tidak bisa. Lalu Fudhail berkata : “Karena kamu tidak bisa melafalkan
syahadat, maka aku tidak tanggung jawab untuk dirimu.” Kemudian muridnya
meninggal. Lalu Fudhail cepat-cepat meninggalkan tempat itu dengan menangis.
Beberapa lama kemudian setelah muridnya meninggal, Fudhail bermimpi bertemu
dengan muridnya. Muridnya masuk neraka. Fudhail lalu bertanya : “Hai murid yang
miskin, apakah kamu punya rahasia yang kau sembunyikan dariku?” Muridnya
menjawab : “Wahai guruku, ketika aku sakit, aku berobat ke salah seorang tabib.
Lalu tabib itu berkata padaku agar aku minum khamr tiap tahun. Jika tidak
kulakukan, maka penyakitku bisa kambuh lagi. Maka tiap tahu aku meminumnya untuk
obat dari penyakitku itu.” Minum khamr untuk dijadikan obat saja bisa masuk
neraka. Apalagi minum khamr yang dilakukan untuk sekedar senang-senang, pasti
siksanya lebih berat. Maka, kita harus minta kepada Allah agar supaya dijauhkan
dari hal itu. Seperti itulah keterangan dari kitab Zawajir. (Tanqihul Qoul)
Hadits 9
وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : مَنْ شَرِبَ
الْخَمْرَ حَتّى يُزِيْلَ عَقْلَهُ يَأْتِيْهِ الشَّيْطَانُ فِيْ دُبُرِهِ
اَرْبَعِيْنَ مَرَّةً كَمَا يَأْتِى الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ.
Nabi
Saw. bersabda : “Barangsiapa yang minum khamr hingga mabuk, maka syetan
menggauli (mendatangi) duburnya selama empat puluh kali, sebagaimana suami
menggauli istrinya.”
(وَقَالَ
عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ حَتّى يُزِيْلَ عَقْلَهُ
يَأْتِيْهِ الشَّيْطَانُ فِيْ دُبُرِهِ اَرْبَعِيْنَ مَرَّةً كَمَا يَأْتِى الرَّجُلُ
امْرَأَتَهُ) أى فى قبلها وفى الزواجر قال صلى الله عليه وسلم من شرب الخمر ولم
يسكر أعرض الله عنه أربعين ليلة ومن شرب الخمر وسكر لم يقبل الله منه صرفا ولا
عدلا أى نفلا ولا فرضا أربعين ليلة فان مات فيها مات كعابد وثن وكان حقا على الله
أى يسقيه من طينة الخبال قيل يا رسول الله وما طينة الخبال قال عصارة أهل النار
القيح والدام (تنقيح القول)
(Dan Rasulullah SAW bersabda : “Barang
siapa minum khamr sehingga hilang kesadaran (mabuk), maka dia telah berjima’
dengan syetan dari duburnya sebanyak 40 kali seperti jima’nya seorang suami
dengan istrinya.”) yaitu di qubulnya. Dan di dalam kitab Zawajir, Rasulullah
SAW bersabda : “Barang siapa minum khamr tapi tidak mabuk, maka Allah
mengacuhkannya selama 40 hari. Dan barang siapa yang minum khamr hingga mabuk,
maka Allah tidak akan menerima ibadah fardhu dan sunnah selama 40 hari. Jika ia
mati di dalam waktu 40 hari itu, maka ia termasuk golongan penyembah berhala
(musyrik).” Dan Allah memberi minum dari Thinatul Khobal di akhirat kelak. Lalu
Rasulullah ditanya oleh salah seorang sahabat : “Hai Rasulullah, Apa Thinatul
Khobal itu ?” Rasulullah menjawab : “Nanah dan darah yang bercampur milik ahli
neraka.” (Tanqihul Qoul)
Hadits 10
وَقَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ لَعَنَ اللهُ
الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا وَبَائِعَهَا وَمُبْتَعَهَا وَعَاصِرَهَا
وَمُعْتَصِرَهَا وَحَامِلَهَا وَالْمَحْمُوْلَةَ اِلَيْهِ وَآكِلَ ثَمَانِهَا.
Nabi
Saw. bersabda : “Allah melaknat khamr dan peminumnya, penuangnya,
penjualnya, pembelinya, pengolah bahannya, pembuatnya, pembawanya, pengedarnya,
serta pemakan hasil uangnya.”
(وَقَالَ
عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ لَعَنَ اللهُ الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا)
أى للغير (وَبَائِعَهَا وَمُبْتَعَهَا) أى مشتريها (وَعَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا)
أى طالب عصرها (وَحَامِلَهَا وَالْمَحْمُوْلَةَ اِلَيْهِ وَآكِلَ ثَمَانِهَا) بمد
الهمزة أى آخذه وخص الأكل بالذكر لأنه أغلب وجوه الانتفاع رواه أبو داود والحاكم
عن ابن عمرو هو حديث صحيح (تنقيح القول)
(Dan Rasulullah SAW bersabda : “Allah telah
melaknat khamr, peminumnya, penuangnya,) maksudnya orang yang mengajak orang
lain untuk meminumnya (penjualnya, pembelinya, pemeras anggur, pekerjanya,)
maksudnya yang mengolah bahannya (tukang angkutnya, toko-toko pengecernya, dan
orang yang memakan uangnya.”) Maksudnya mendapatkan dan memakan uang hasil
jual-beli khamr tersebut. Karena serupa dengan pemanfaatan. Diriwayatkan oleh
Abu Dawud dan Hakim dari Ibnu Amr. Hadits ini shohih. (Tanqihul Qoul)
اَلْبَابُ
التَّاسِعُ وَالْعِشْرُوْنَ
BAB
XXIX
فِى
فَضِيْلَةِ الرَّمْيِ
Tentang
Keutamaan Memanah
وأخرج مسلم وغيره عن عقبة بن عامر قال سمعت
رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو على المنبر يقول – وأعدوا لهم مااستطعتم من قوة –
ألا ان القوة الرمى ألا ان القوة الرمى ألا ان القوة الرمى وتكررت هذه الجملة فى
الزواجر مرتين وفى بلوغ المرام ثلاثا (تنقيح القول)
Imam Muslim memberi keterangan yang bersumber dari
sahabat Uqbah bin Amir. Pada suatu ketika sahabat Uqbah bin Amir ra. mendengar Rasulullah
Saw. bersabda : “Bersiap-siaplah menghadapi orang-orang kafir dengan
mempersiapkan kekuatan yang sekuat-kuatnya. Dan ingatlah yang dimaksud kekuatan
itu adalah memanah.” Rasulullah mengulang sabda tersebut sampai tiga kali.
Sabda mengenai belajar memanah itu sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw.
Seperti itulah keterangan dari kitab Az-Zawajir dari Bulughul Maram. (Tanqihul
Qaul)
Hadits 1
قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ رَمى سَهْمًا فِيْ سَبِيْلِ
اللهِ كَمَنْ اَعْتَقَ رَقَبَةً.
Nabi
Saw. bersabda : “Barang siapa yang meluncurkan anak panah dalam perang jihad
fi sabilillah, maka seperti orang yang memerdekakan budak.”
(قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ رَمى سَهْمًا فِيْ سَبِيْلِ
اللهِ) أى فى جهاد الكفار لاعلاء دين الله (كَمَنْ اَعْتَقَ رَقَبَةً) وفى رواية
للترمذى والنسائى والحاكم عن أبى نجيح باسناد صحيح من رمى بسهم فى سبيل الله فهو
له عدل محرر أى مثل معتق رقبة بكسر العين وقد تفتح ومن بلغ بسهم فهو له درجة فى
الجنة وانفرد الحاكم فى رواية هذه الجملة الأخرة (تنقيح القول)
Imam Tirmidzi, Nasai
dan Hakim meriwayatkan dari sahabat Abi Najih r.a dengan sanad yang shahih,
jika seseorang meluncurkan panah ketika perang Fisabilillah akan memperoleh
pahala yang setara dengan pahala memerdekakan budak dan dirinya akan memperoleh
derajat tinggi di surga. Alhasil belajar memanah
digunakan untuk memperjuangkan agama itu pahalanya sangat besar. Dan juga
belajar memanah digunakan untuk olahraga, sehingga ringan badannya untuk
melakukan ibadah, itu termasuk golongan perbuatan yang besar pahalanya.
(Tanqihul Qaul)
Hadits 2
وَقَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلِّمُوْا اَوْلَادَكُمْ السِّيَاحَةَ وَالرَّمَى
بِالسَّهْمِ وَالْمَرْأَةَ الْغَزْلَ.
Nabi Saw. bersabda : “Ajarkanlah
anak-anakmu berenang dan memanah, dan menenun untuk anak-anak perempuan
(وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِّمُوْا
اَوْلَادَكُمْ السِّيَاحَةَ) بكسر السين أى العوم (وَالرَّمَى بِالسَّهْمِ
وَالْمَرْأَةَ المغزل) بكسر الميم أى الغزل بالمغزل ويجوز فتح الميم والزاى على
أنه مصدر ميمى فلا حاجة لتقدير المضاف رواه البيهقى عن ابن عمر بن الخطاب قال
البيهقى حديث منكر أى وذلك لأن الغزل لاثق بالمرأة والله يجب المؤمن المحترف ويبغض
البطال كذا أفاد العزيزى وفى رواية لابن منده وأبى موسى والديلمى عن بكر بن عبد
الله بن الربيع الأنصارى باسناد ضعيف علموا أولادكم السباحة والرماية ونعم لهو
المؤمنة فى بيتها الغزل واذا دعاك أبواك فأجب أمك أى أوّلا ثم أباك أفاد هذا
الحديث أن الأم مقدمة على اللأب فى البر (تنقيح القول)
Imam Azizi memberi
keterangan bahwa sesungguhnya Allah suka sekali terhadap orang yang rajin /
terampil dalam bekerja. Dan Allah memberi azab terhadap orang yang tidak mau
bekerja. Jadi orang yang malas dan tidak terampil itu di azab oleh Allah. Oleh
sebab itu kaum muslimin harus memiliki keterampilan, serta mendidik
anak-anaknya supaya menjadi anak yang terampil dan mandiri. Dan Imam Azizi
memberi keterangan seperti itu yang dilandasi dengan dasar hadits yang sudah
disebutkan. Imam Dailami dan Ibnu Mandah meriwayatkan sebuah hadits dari Bakar
bin Abdillah Al- Ansori ra., sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Didiklah
anak-anakmu untuk berenang dan memanah, dan sebaiknya pekerjaan seorang
perempuan itu dirumah (menenun atau menjahit). Ketika bapak ibumu memanggil
maka dahulukan menjawab panggilan dari ibu, baru menjawab panggilannya bapak.” Hadits
ini selain memberi keterangan untuk mendidik anak berenang dan memanah, juga
memberi keterangan bahwa sesungguhnya ibu itu harus lebih didahulukan baktinya
dibandingkan bapak. (Tanqihul Qaul)
Hadits 3
وَقَالَ
عَلَيْهِ السَّلَامُ اَلرَّمى عَلَى الْغَرَضِ كَالرَّمى عَلَى الْجِهَادِ.
Nabi
Saw. bersabda : “Memanah ke arah sasarannya yang tepat, seperti memanah
dalam jihad fi sabilillah.”
(وَقَالَ صلى الله عَلَيْهِ وسلَمُ اَلرَّمى
عَلَى الْغَرَضِ كَالرَّمى عَلَى الْجِهَادِ) أى كالرمى على العدوّ فى الجهاد وفى
رواية للديلمى عن ابن عمر الرمى خير مالهوتم أى الرمى بالسهام خير مالعبتم به
تدريبا للحرب وفى رواية للديلمى عن جابر بن عبد الله باسناد ضعيف علموابنيكم الرمى
فانه نكاية العدوّ أى تعليم الرمى بالسهام للأبناء سنة مؤكدة وهو أفضل من الضرب
بالسيف كذا أفاد العزيزى (تنقيح القول)
Belajar (latihan)
memanah itu manfaatnya besar sekali, selain untuk keterampilan dan untuk
olahraga, juga termasuk mendapat pahala dari Allah. Tidak kalah dengan
pahalanya memanah dalam peperangan membela agama Allah. Alhasil, latihan
memanah itu pahalanya sama dengan perang Fisabilillah. Imam Dailami memberi
keterangan yang bersumber dari sahabat Abdillah Ibnu Umar bin Khatab ra.,
Rasulullah SAW sudah memberi keterangan bahwa sesungguhnya panah memanah
sebaik-baiknya permainan (olahraga). Sebab dengan memanah itu, bisa membantu
kita serta melatih kita untuk menghadapi musuh yang akan mengganggu keamanan
dan ketertiban. Imam Dailami juga memberi keterangan yang bersumber dari
sahabat Jabir bin Abdillah r.a ,
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya mengajari anak memanah itu hukumnya
sunnah muakad. Lebih utama mendapatkan pahala dibandingkan mengajari anak bela
diri dengan mengunakan pedang.” Seperti
itulah Imam Azizi memberi keterangan. (Tanqihul Qaul)
Hadits 4
وَقَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَّرُدَّ السَّهْمَ عَلَى الْمَرْمِيِّ مِنَ
الْغَرَضَ كَانَ لَهُ بِكُلِّ قَدَمٍ اَجْرُ اِتْقِ رَقَبَةٍ.
Nabi
Saw. bersabda : “Barang siapa yang mengambil panah dari sasarannya (untuk
memanah lagi), maka ia mendapatkan pahala dalam setiap langkahnya seperti
memerdekakan budak.”
Hadits 5
وَقَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ تَرَكَ الرَّمْيَ بَعْدَ التَّعَلُّمِ
فَقَدْ تَرَكَ سُنَّةً مِّنْ سُنَّتِيْ.
Nabi
Saw. bersabda : “Barang siapa yang meninggalkan memanah setelah belajar
(pandai), maka ia termasuk orang yang meninggalkan sunnah dari sunnahku.”
Hadits 6
وَقَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ مَنْ عُلِّمَ الرَّمْيَ ثُمَّ تَرَكَهُ
فَلَيْسَ مِنَّا.
Nabi
Saw. bersabda : “Barang siapa yang pernah dibelajari memanah (pandai),
kemudian dia meninggalkannya, maka tidak termasuk golonganku.”
Hadits 7
وَقَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ تَرَكَ الرَّمَى فَلْيَرْتَمْ.
Nabi
Saw. bersabda : “Barang siapa yang lupa cara memanah, maka hendaknya belajar
lagi.”
Hadits 8
وَقَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ تَعَلَّمَ الرَّمَى ثُمَّ تَرَكَهُ فَقَدْ
عَصَانِىْ.
Nabi
Saw. bersabda : “Barang siapa yang sudah bisa memanah kemudian
meninggalkannya, maka ia pun mendurhakaiku.”
(وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَنْ تَعَلَّمَ الرَّمَى) أى بالسهام (ثُمَّ تَرَكَهُ فَقَدْ عَصَانِىْ) رواه ابن
ماجه عن عقبة بن عامر قال المناوى لأنه حصل له الدفاع عن الدين ونكاية العدوّ
فتعين عليه القيام بالجهاد فاذا اعمله حتى جهله فقد فرط فى القيام بما تعين عليه
فيأثم وقال بعضهم هذا وعيد شديد فى نسيان الرمى بعد علمه وهو مكروه كراهة شديدة
لمن تركه بلا عذر (تنقيح القول)
Orang
yang sudah pandai memanah lalu dirinya tidak mau latihan, itu termasuk berbuat
maksiat terhadap Rasulullah, meninggalkan sunnah Rasulullah dan tidak termasuk
orang yang taat terhadap Rasulullah. Oleh sebab itu orang yang ahli memanah
harus latihan secara rutin, sehingga tidak lupa. Sebab memanah itu dapat
digunakan untuk mempertahankan diri serta membela agama dalam peperangan. Oleh
sebab itu belajar memanah sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW kepada kaum
muslimin. Pada zaman modern ini bisa diwujudkan dengan bentuk-bentuk olahraga
bela diri yang bisa digunakan untuk membela agama. Selain itu memanah juga
harus dipelajari. (Tanqihul
Qaul)
Hadits 9
وَقَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ رَمَى بِسَهْمٍ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
اَصَابَ أَوْ اَخْطَأَ كَانَ لَهُ اَجْرُ عِطْقِ رَقَبَةٍ.
Nabi
Saw. bersabda : “Barang siapa yang memanah dalam perang sabilillah, kena
atau tidak kena musuh, maka dia mendapat pahala seperti memerdekakan budak.”
(وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَنْ رَمَى بِسَهْمٍ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ اَصَابَ أَوْ اَخْطَأَ كَانَ لَهُ اَجْرُ
عِطْقِ رَقَبَةٍ) وفى الزواجر لابن حجر وصح من شاب شيبة فى الأسلام كانت له نورا
يوم القيامة ومن رمى بسهم فى سبيل الله فبلغ العدوّ أولم يبلغه كان له كعتق رقبة
ومن أعتق رقبة مؤمنة كانت له فداء من النار عضوا بعضو (تنقيح القول)
Hadits
ini menerangkan sesungguhnya mempertahankan
atau memperjuangkan agama Allah SWT itu pahalanya besar sekali. Sama saja perjuangan
itu menggunakan fisik atau pikiran. Oleh sebab itu kaum muslimin harus berani
jihad Fisabilillah, memerangi kekufuran dan kejahiliyahan (kebodohan). Di dalam
kitab Az-zawajir karangan imam Ibnu Khajar diterangkan, sesungguhnya anak muda
yang mau mempelajari memanah besok pada hari kiamat akan mendapat cahaya yang
bersinar. Dan siapa saja yang meluncurkan panah di dalam peperangan
Fisabilillah, walaupun mengenai musuh atau tidak, dirinya akan memperoleh
pahala sama dengan pahala orang yang memerdekakan budak. Barang siapa yang memerdekakan budak yang
mukmin, dia akan diselamatkan dari api neraka. (Tanqihul Qaul)
Hadits 10
وَقَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَعَلَّمُوا الرَّمَى فَاِنَّ مَا بَيْنَ
الْهَدَفَتَيْنِ رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ لِلرَّمَى فِيْ سَبِيْلِ اللهِ.
Nabi Saw. bersabda : “Belajarlah
memanah kamu semua, karena sesungguhnya diantara dua sasaran itu ada taman
surga bagi pemanah di dalam peperangan di jalan Allah.”
(وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تَعَلَّمُوا الرَّمَى فَاِنَّ مَا بَيْنَ الْهَدَفَتَيْنِ رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ
الْجَنَّةِ لِلرَّمَى فِيْ سَبِيْلِ اللهِ) وفى الحديث كل شىء ليس من ذكر الله عز
وجل فهو لهو وسهو الا أربع خصال مشى الرجل بين الغرضين وتأديبهفرسه وملاعبته أهله
وتعلمه السباحةفى الحديث الصحيح الذى رواه أحمد الخيل ثلاثة فرس يرتبطه الرجل فى
سبيل الله عز وجل فثمنه أجر وركوبه أجر وعاريته أجر وفرس يقامر عليه الرجل ويراهن
فثمنه وزر وركوبه وزر وفرس للبطنة فعسى أن يكون سدادا من الفقر ان شاء الله تعالى
(تنقيح القول)
Orang
yang memanah untuk membela agama Allah SWT itu tidak ada balasan yang paling pantas kecuali dengan
dimasukkan ke dalam surga. Oleh sebab itu belajar memanah itu termasuk
mendekatkan jalan menuju surga. Di
dalam hadits lain Rasulullah SAW
bersabda : “Setiap
perbuatan selain dzikir kepada Allah itu tidak ada pahalanya kecuali empat
perkara : pertama jalannya seorang laki-laki untuk mengambil alat panah yang
tertancap di sela-sela panah, kedua mengajari kuda untuk perang, ketiga
bercanda dengan istrinya, dan keempat mengajari berenang.” Menurut riwayat Imam Akhmad, kuda
(kendaraan) itu ada tiga macam : pertama, kuda yang dipelihara untuk keperluan
membela agama Allah (perang fisabilillah). Kuda yang seperti itu harganya,
menungganginya, merawatnya (memberi makan) termasuk mendapat pahala dari Allah.
Kedua, kuda yang disewakan untuk pameran.
Kuda seperti itu harganya,
menungganginya, dan merawatnya termasuk dosa. Ketiga, kuda yang dirawat karena
takut fakir ( untuk persiapan hidup, sewaktu musim paceklik datang lalu dijual
untuk makan), kuda seperti itu dapat mendatangkan kefakiran yang sangat.
InsyaAllah . . . (Tanqihul
Qaul)
اَلْبَابُ
الثَّلَاثُوْنَ
BAB
XXX
فِى
فَضِيْلَةِ بِرِّ الْوَالِدَيْنِ
Tentang
Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
أى وفى عقوبة عقوقهما كما فى الحديث المرفوع
لا يرى وجهى ثلاثة أنفس العاق لوالديه والتارك لسنتى ومن لم يصل علىّ اذا ذكرت بين
يديه كذا فى الجوهر المنظم (تنقيح القول)
Bab ini menerangkan keutamaan berbakti kepada kedua
orang tua. Selain itu juga ada hadits marfu’ yang menerangkan beratnya siksa
bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tua (uququl walidain). Sebagaimana
di dalam kitab Zawajir. (Tanqihul Qaul)
Hadits 1
قَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رِضَا الرَّبِّ فِيْ رِضَا الوَالِدَيْنِ وَ
سُخْطُ اللهِ فِيْ سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ.
Nabi
SAW bersabda: ”Ridha Allah terletak
pada ridha kedua orangtua dan murkanya Allah terletak pada murka kedua orang
tua.”
(قَالَ
النبى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رِضَا الرَّبِّ فِيْ رِضَا الوَالِدِ) أى
الأصل وان علا (وَ سُخْطُ اللهِ فِيْ سُخْطِ الْوَالِدِ) أو قال صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الوَالِدَيْن فى الموضعين وهو شك من الراوى رواه ابن حبان
والحاكم وصححاه ورجح الترمذى أنه موقوف وفى رواية رِضَا الرَّبِّ فِيْ رِضَا
الوَالِدِ أى الأصل وان علا وَ سُخْطُ الرب فِيْ سُخْطِ الْوَالِدِ أى الذى لا
يخالف الشرع رواه الترمذى والحاكم عن ابن عمرو بن العاص والبزار عن ابن عمر بن
الخطاب وهو حديث صحيح وهذا وعيد شديد يفيد عن العقوق كبيرة وعلم من ذلك بالأولى أن
الأم كذلك وفى رواية الطبرانى عن ابن عمر ورِضَا الرَّبِّ فِيْ رِضَا
الوَالِدَيْنِ أى الأصلين وان علوا وسخطه فى سخطهما (تنقيح القول)
Keridhaan
Allah SWT itu ada didalam ridhanya kedua orang tua,maka
dari itu kaum muslimin harus dapat ridhanya kedua orang tua selagi tidak bertentangan
dengan agama walaupun sudah dapat ridhanya kedua orang tua tetapi bertentangan dengan
agama, maka perbuatan yang dilakukan itu
seperti orang tua
yang menyuruh anaknya mencuri lalu anak harus menuruti perkataan orangtuanya ,yang seperti itu tetap dilaknat
Allah SWT. Kesimpulannya
keridhan Allah SWT ada di dalam
ridhanya kedua orang tua, selagi orang tua mengerjakan dan memerintah yang
menjurus kepada kebijakan sesuai dengan dalil-dalil agama dan sebaliknya
kemurkaan Allah SWT ada di dalam
kemurkaan orang tua yang seperti itu
juga berkaitan dengan dalil-dalil agama.
Berarti yang seperti itu orang tua memberi perintah maksiat lalu
tidak dikerjakan anak itu lalu orangtua memurkai anak itu, maka anak tersebut masih diridhai
oleh Allah SWT. Kesimpulan hadist ini memberi keterangan yang sesungguhnya
siksanya orang yang durhaka kepada orang tua itu berat sekali. Maka kaum muslimin harus
berhati-hati, jangan
sampai durhaka kepada kedua orang
tua
dan seharusnya berbakti kepada orang tua. (Tanqihul Qaul)
Hadits 2
وَ
قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : بِرُّوْا آبَاءَكُمْ تَبِرَّكُمْ اَبْنَآءُكُمْ وَعِفُّوْا
تَعِفَّ نِسَآءُكُمْ.
Nabi
SAW bersabda: ”Berbakti
kepada bapak (dan
ibu) mu, niscaya
anak-anakmu berbakti kepadamu,
dan
jangan putri-putrimu (terhadap laki-laki dari berzina).”
(وَ قَالَ عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ
بِرُّوْا آبَاءَكُمْ) أى وأمهاتكم (تَبِرَّكُمْ اَبْنَآءُكُمْ) أى وبناتكم وكما
تدين تدان (وَعِفُّوْا) بكسر العين أى عن نساء الناس فلا تتعرضوا لهن بالزنا (تَعِفَّ
نِسَآءُكُمْ) أى عن الرجال أى عن الزنا بهم رواه الطبرانى عن ابن عمر باسناد حسن
قال البر ماوى مضارع المضاعف اللازم الكسر والمتعدى الضم وما سمع من المضموم فى
الأول نادر وما سمع من المكسور فى الثانى نادر فيحفظ فى كل منهما ولا يقاس عليه
(تنقيح القول)
Barangsiapa
yang berbakti kepada kedua orang
tua
maka anak-anaknya akan berbakti kepadanya. Sebaliknya orang yang durhaka kepada
kedua orang tuanya maka akan didurhakai oleh anak-anaknya. Begitu pula orang yang menjaga
dirinya perbuatan mengabaikan terhadap wanita lain, maka istrinya tidak akan diganggu
oleh orang laki-laki lain. Kesimpulanya
orang yang menjaga martabat dan kehormatan kelurganya, dia akan dihomati dan diagungkan
oleh orang lain. Tetapi
sebaliknya, orang
yang melakukan perbuatan tidak baik maka perbuatan yang dilakukannya akan berdampak pada dirinya
sendiri dan keluarganya. (Tanqihul Qaul)
Hadits 3
وَ
قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ مَنْ اَصْبَحَ وَلَهُ اَبَوَانِ رَاضِيَانِ عَنْهُ اَوْ
اَحَدُهُمَا فُتِحَتْ لَهُ اَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَمَنْ اَمْسَى وَلَهُ اَبَوَانِ
سَاخِطَانِ عَلَيْهِ اَوْ اَحَدُهُمَا فُتِحَتْ لَهُ اَبْوَابُ جَهَنَّمَ.
Nabi
SAW bersabda: ”Barangsiapa
yang kedua orang tua
atau salah satu darinya lebih awal meridhainya, maka baginya dibukakan
pintu-pintu surga. Dan
barangsiapa yang kedua orang
tuanya
atau salah satu darinya lebih akhir memurkainya, maka dibukakan pintu
jahanam baginya.”
(وَ قَالَ عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ مَنْ
اَصْبَحَ وَلَهُ اَبَوَانِ رَاضِيَانِ عَنْهُ اَوْ اَحَدُهُمَا فُتِحَتْ لَهُ
اَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَمَنْ اَمْسَى وَلَهُ اَبَوَانِ سَاخِطَانِ عَلَيْهِ اَوْ
اَحَدُهُمَا فُتِحَتْ لَهُ اَبْوَابُ جَهَنَّمَ) وفى رواية لابن عساكر عن ابن عباس
من أصبح مطيعا لله فى والديه أى أصليه المسلمين أصبح له بابان مفتوحان من الجنة
وان كان واحدا فواحد أى ان كان المطاع من الوالدين واحدا فالمفتوح باب واحد قال
المناوى وفى هذا الحديث اشارة الى أن طاعة الوالدين لم تكن مستقلة بل هى طاعة الله
وكذا العصيان والأذى (تنقيح القول)
Hadist
ini diriwayatan oleh imam ibnu Asyakir menjelaskan, bahwasanya barang siapa yang taat
kepada Allah SWT dengan berbakti kepada kedua orang tuanya di waktu pagi hari maka
dibukakan pintu surga baginya, begitu
pula sebaliknya. Dan
menurut imam munawir hadist ini memberikan keterangan yang sebenarnya berbakti
kepada kedua orangtuanya itu termasuk setengah dari taatnya kepada Allah SWT. Dan barang siapa yang berbuat durhaka
kepada kedua orang tuanya
maka dia berbuat maksiat kepada Allah SWT. (Tanqihul Qaul)
Hadits 4
وَ
قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ اِذَا كُنْتَ فِى الصَّلَاةِ فَدَعَاكَ اَبُوْكَ
فَاَجِبْهُ وَاِنْ دَعَتْكَ اُمُّكَ فَاَجِبْهَا.
Nabi
SAW bersabda: ”Jika
kamu sedang salat (sunah), lalu ayahmu memanggilmu
maka jawablah dia, dan
jika ibumu memanggilmu, maka
jawablah dia.”
(وَ قَالَ عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ
اِذَا كُنْتَ فِى الصَّلَاةِ) أى النافلة (فَدَعَاكَ اَبُوْكَ فَاَجِبْهُ وَاِنْ
دَعَتْكَ اُمُّكَ فَاَجِبْهَا) أى فان اجابة الوالدين فى النفل أفضل من عدمها ان
شق عليهما عدمها وتحرم اجابة الوالدين فى الفرض وتبطل الصلاة بها مطلقا أى سواء
كانت فى الفرض أو فى النفل (تنقيح القول)
Ketika
melakukan salat sunah,lalu kedua orangtuamu memangil-manggil maka lebih baik
kamu menjawab panggilanya.Sebab menjawab panggilanya itu hukumnya wajib.maka
dari itu kaum muslimin dilarang melakukan perintah sunah dengan meninggalkan
perintah wajib maka pahalanya seperti melakukan perintah sunah yang dibatalkan
itu tetap bisa diperoleh.Kesimpulanya hadist ini memberi keterangan kepada kaum
muslimin wajib menjawab panggilan kedua orangtua,walaupun itu melakukan salat
sunah.Tetapi kaum muslimin tidak boleh membatalkan salat wajib(salat fardhu)
walupun hanya untuk menjawab panggilan dari kedua orangtua,Dijaman modern ini
banyak sekali orang-orang yang mengabaikan panggilan kedua orangtua ketika
melakukan salat sunah,sehingga dia tidak bisa memperoleh kemulian hidup yang
sejati. (Tanqihul Qaul)
Hadits 5
وَ
قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : مَنْ آذى وَالِدَيْهِ اَوْ آذى اَحَدَهُمَا يَدْخُلُ
النَّارَ.
Nabi
SAW bersabda: ”Barangsiapa
yang menyakiti kedua orang
tuanya atau menyakiti
salah satu dari keduanya,
maka
dia masuk neraka.”
(وَ قَالَ
عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ مَنْ آذى وَالِدَيْهِ اَوْ آذى اَحَدَهُمَا يَدْخُلُ
النَّارَ) وقال أنس بن مالك رضى الله عنه كان على عهد رسول الله صلى الله عَلَيْهِ
وسلمُ رجل يسمى علقمة وكان كثير الاجتهاد عظيم الصدقة فمرض يوما مرضا شديدا واستد
مرضه فبعثت زوجته الى النبى صلى الله عليه وسلم فقالت يا رسول الله ان زوجى فى نزع
روحه فأردت أن أعلمك بحاله فقال النبى صلى الله عليه وسلم لأصحابه انطلقوابنا اليه
قال فلما دخلوا عليه قال له النبى صلى الله عليه وسلم يا علقمة كيف ترى حالك فلم
ينطق فلما رآه لم ينطق بشىء فعلم أنه هالك فلقنه النبى صلى الله عليه وسلم الشهادة
فلم ينطق بها فكرر عليه مرارا فعلم أنه هالك فقال صلى الله عليه وسلم أله أب
فقالوا له يا رسول الله ان أباه قد مات وان له أما كبيرة السن فدعا بها النبى صلى
الله عليه وسلم فأتوابها اليه صلى الله عليه وسلم فقال لها النبى صلى الله عليه
وسلم يا أم علقمة كيف كان حال علقمة فقالت يا رسول الله كان يصوم ويتصدق ويصلى
وكان فاعلا للخير لكنى ساحطة عليه لأنه كان يؤثر زوجته على أمه فقال النبى صلى
الله عليه وسلم لبعض أصحابه انطلق واجمع حطبا على أحرقه بالنار فقالت يا رسول الله
لا تفعل بولدى وثمرة فؤادى فقال النبى صلى الله عليه وسلم فعذاب الله أشدان الله
تعالى لم يرض الابرضاك ولا يقبل صلاته
وصيامه وصدقه مادمت ساحطة عليه فقالت يا رسول الله أشهد الله وأشهدك أنى قد رضيت
عليه فتقدم النبى صلى الله عليه وسلم الى علقمة ولقنة الشهادة فنطق بها ومات ساعته
قال أنس غسلوه وصلوا عليه ودفنوه فقام النبى صلى الله عليه وسلم على شفير قبره
وقال يا معاشر المهاجرين والأنصار من فضل زوجته على والدته لم يقبل الله منه صرفا
ولا عدلا فالصرف هو النافلة والعدل هو الفريضة كذا فى الجواهر للسمر قندى (تنقيح
القول)
Hadist
ini memberi keterangan bahwa sesungguhnya orang yang menyakiti hati kedua orang tua atau menyakiti badannya, maka
akan dimasukan ke neraka. Durhaka
kepada kedua orang tua
itu termasuk dosa besar untuk menuju jalan ke neraka, sebaliknya berbakti kepada kedua
orang tua itu termasuk jalan untuk menuju
ke surga. Maka
dari itu kaum muslimin harus berbakti kepada kedua orang tua. Sahabat
Annas bin Malik ra memberi keterangan
ketika Rasulullah SAW masih hidup,
ada
salah satu kejadian yang berkaitan dengan sahabat yang bernama Al-Qomah. Dia itu termasuk salah satu sahabat
yang ahli melakukan jihat fisabililah,
ahli
sedekah, ahli ibadah sunah dan selalu
bergaul dengan siapapun dengan akhlak yang bagus. Pada
suatu hari dia sakit keras lalu
sang istri kepada Rasulullah SAW,
lalu
ia berkata: Hai
Rasulullah, suami
saya AL-Qomah saat ini sedang menghadapi sakaratul maut (سكرة
الموت). Sebab
itu saya meminta kehadiran Rasulullah ke
rumah
saya untuk memberi petunjuk supaya dia meninggal dengan khusnul khotimah (حسن الخا
تمه (. Rasulullah lalu pergi dengan
didampingi oleh para sahabat, ketika
Rasulullah masuk ke rumahnya
Al-Qomah lalu Rasulullah berkata:
“Hai
Al-Qomah, bagaimana
keadaanmu saat ini?” Al-Qomah tidak bisa menjawab apa-apa. Ketika Rasulullah melihat keadaan
Al-Qomah tidak bisa menjawab lalu Rasulullah membantunya membaca syahadat, tetapi Al-Qomah tidak bisa
mengucapkan kalimat syahadat itu,
sehingga
Rasulullah berulang-ulang kali membacakan kalimat syahadat supaya Al-Qomah bisa
mengucapkannya. Akan tetapi Al-Qomah tetap tidak
bisa mengucapkan kalimat syahadat.
Rasulullah
merasa khawatir Al-Qomah meninggal dalam keadaan su’ul khotimah (سوعل
الخاتمه), kemudian
Rasulullah SAW berkata: Apakah
Al-Qomah masih mempunyai seorang bapak?” Lalu jawab orang-orang yang hadir di sana: “Hai Rasulullah ayahnya sudah
meninggal, tetapi
dia masih mempunyai ibu yang sudah tua renta.” Rasulullah
berkata supaya
ibunya didatangkan di rumahnya
Al-Qomah. Para sahabat lalu menjemput ibu
Al-Qomah, sesampainya
di sana Rasulullah berkata: “Hai ibu Al-Qomah, bagaimana perbuatan Al-Qomah
putramu ketika masih hidup?”
Jawab
ibu Al-Qomah: Hai
Rasulullah anak saya Al-Qomah itu salah satu putra saya yang sholeh, banyak melakukan puasa, sholat sunah, banyak melakukan sedekah, dan amal kebaikan. Namun ada salah satu permasalahan
yang menjadikan saya tidak rela kepada Al-Qomah yaitu dia lebih mengutamakan istrinya
daripada saya.” Mendengar keterangan dari ibunya, Rasulullah lalu memberi perintah
kepada para sahabat: ”Hai
para sahabat kumpulkan kayu bakar secukupnya untuk membakar Al-Qomah!” Lalu ibunya meminta keterangan dari
Rasulullah. “Ya
Rasulullah jangan sampai Engkau membakar
anak saya Al-Qomah, sebab Al-Qomah itu anak kesayangan saya.” Jawab Rasulullah siksa Allah SWT itu
lebih berat dari pada siksa di dunia ini.
Maka
Al-Qomah tidak bisa selamat dari siksa Allah SWT kecuali dengan keridhanmu. Semua ibadah Al-Qomah tidak bisa
diterima kalau kamu masih mempunyai perasaan murka terhadap Al-Qomah, ibunya Al-Qomah berkata: Hai Rasulullah saya bersaksi kepada
Allah SWT dan Engkau saya
sudah ridha terhadap anak saya Al-Qomah,
semua
kesalahannya sudah saya ampuni. Rasulullah
SAW lalu bertemu Al-Qomah dibantu
(diulang
membaca syahadat), lalu
Al-Qomah bisa membaca syahadat dengan fasih,
sesudah
mendapatkan keridhan dari ibunya dan sesudah itu Al-Qomah meninggal dunia
dengan keadaan khusnul khotimah ( حسن الحا تمه (. Sahabat Annas ra. memberi keterangan dari hadist itu
bahwa sesudah Al-Qomah dimandikan,
dikafani, disholatkan, dan dimakamkan, Rasulullah lalu berdiri di dekat kuburan Al-Qomah dengan
berkata: Hai orang-orang Muhajirin dan kaum
Ansor barangsiapa yang memuliakan istrinya daripada ibunya maka Allah SWT tidak akan menerima ibadah
sunah dan wajibnya. Seperti
diterangkan dalam kitab Jawahir karangan Samar Kand. (Tanqihul Qaul)
Hadits 6
وَ
قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ حِكَايَةً عَنِ اللهِ تَعَالى قُلْ لِلْبَارِّ
لِوَالِدَيْهِ اِعْمَلْ مَا شِئْتَ فَاِنَّ اللهَ يَغْفِرُلَكَ.
Nabi
SAW. menyabdakan firman Allah Ta’ala: ”Katakanlah (hai,Muhammad) kepada
orang yang berbuat baik kepada orang
tuanya: “Berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya
Allah megampuni kamu.”
(وَ قَالَ عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ
حِكَايَةً عَنِ اللهِ تَعَالى قُلْ لِلْبَارِّ لِوَالِدَيْهِ اِعْمَلْ مَا شِئْتَ
فَاِنَّ اللهَ يَغْفِرُلَكَ) وروى مسلم وغيره لا يجزى الوالد والده الا أن يجده
مملوكا فيشتريه فيعتقه وعن أبى هريرة رضى الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله
عليه وسلم يقول مامن عبد صلى الفريضة ودعا لوالديه بالمغفرة الا استجاب الله دعاءه
وغفرله ببركة دعائه لهما ولوكانا فاسقين كذا فى رياض الصالحين (تنقيح القول)
Allah
SWT memberikan ridhanya kepada orang yang berbakti kepada kedua
orangtuanya,sehingga dia mendapatkan jaminan ampunan dari Allah SWT.Sebenarnya
yang disebut dengan berbakti kepada kedua orangtua sudah diterangkan didalam
pembicaraan Rasulullah SAW:
“Setiap
anak yang belum bisa disebut berbakti
kepada kedua orang tua kecuali jika dia menemukan
orang tuanya menjadi budak lalu dibeli
dan memerdekaannya.” (H.R.
Muslim). Didalam hadist lain Rasulullah juga
berkata: “Barangsiapa
yang melakukan salat fardhu lalu mendo’akan kedua orang tuanya supaya
mendapatkan ampunan dari Allah SWT, maka do’anya dikabulkan oleh Allah SWT dan
diampuni dosanya dengan berkah di dalam mendo’akan kedua orang tuanya walaupun
kedua orang tuanya termasuk golongan yang fasik.” Seperti itu sahabat Abi
Hurairah ra mendengarkan pembicaraan Rasulullah yang diterangkan dalam kitab
Riyadus Sholihin. Dengan
dasar hadist ini maka kaum muslimin tiap-tiap setelah salat fardhu membiasakan
membaca do’a:
اَللَّهُمَّ
اِعْفِرْلِ وَلِوَالِدَىَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَارَبَّيَا نِى صَغِيْرًا
Sehingga
dengan do’a seperti itu hidupnya mendapatkan barokah,dan mendapatkan keridhan
dan ampunan dari Allah SWT,serta termasuk golongan orang yang berbakti kepada
kedua orangtua. (Tanqihul
Qaul)
Hadits 7
وَ
قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : بِرُّ الْوَالِدَيْنِ كَفَّارَةٌ لِلْكَبَائِرِ.
Nabi
SAW bersabda: ”Berbuat baik kepada kedua orang tua (berupa ucapan dan
perbuatan) adalah
menjadi penebus dosa-dosa besar.”
(وَ قَالَ صلى
الله عَلَيْهِ وسَلّمُ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ) بكسر الباء الموحدة أى الاحسان اليهما
قولا وفعلا (كَفَّارَةٌ لِلْكَبَائِرِ) وفى حديث الديلمى وغيره عن الحسن بن على
رضى الله عنهما بر الوالدين يجزى عن الجهاد أى ينوب ويقوم مقامه قال المناوى وهذا
ورد جوابا لسائل اقتضى حاله ذلك والا فالجهاد أعلى وفى رواية لابن عدى عن أبى
هريرة بر الوالدين يزيد فى العمر أى يبارك فى عمر الباربأن يمضى فى الطاعات أو
بالنسبة لما فى صحف الملائكة (تنقيح القول)
Durhaka
kepada orang tua termasuk dosa besar maka berbaktilah kepada kedua orang tua bisa menebus dosa besar yang
dilakukannya. Dan
hasilnya berbakti kepada kedua orang
tua
itu pahalanya sangat besar. Ada
di dalam hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Dilami dari
Hasan bin Ali bin Abi Tholib ra.
diterangkan yang sebenarnya berbakti kepada kedua orang tua itu pahalanya sama dengan
pahalanya orang yang melakukan jihad
fi-sabililah. Imam
Munawi juga memberi keterangan yang sebenarnya berbakti kepada kedua orang tua itu mendapatkan pahala sama
dengan orang yang melakukan jihad
itu merupakan jawaban buat orang yang mendengarkan pembicaraan nabi. Jika dia ingin melakukan jihad tetapi belum mempunyai tanggungan
orang tua yang sudah lanjut usia. Maka Rasulullah SAW berkata: Berbakti kepada kedua orang tua itu pahalanya tidak kalah
dengan jihad
fi-sabilillah. Jika
orang tuanya masih kuat,maka jihad
fi-sabilillah itu lebih utama. Imam
ibnu Aldi menerangkan
salah satu hadist yang sumbernya dari sahabat Abi Hurairah ra., sebenarnya
berbakti kepada kedua orang tua
bisa menambah keberkahan hidupnya yaitu hidupnya selalu digunakan untuk taat
kepada perintah-perintah Allah Swt.
serta menjauhi larangan-NYA.
(Tanqihul Qaul)
Hadits 8
وَ
قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : مَنْ وَضَعَ طَعَامًا طَيِّبًا فِى بَيْتِهِ
وَاَكَلَهُ دُوْنَ وَالِدَيْهِ اَحْرَمَهُ اللهُ تَعَالى لَذِيْذَ طَعَامِ
الْجَنَّةِ.
Nabi
SAW bersabda: ”Barangsiapa meletakkan makanan yang
baik (enak)
di rumahnya, dan memakannya bukan
kedua orang tuanya, maka Allah Ta’ala
mengharamkan baginya merasakan kelezatan
makanan surga.”
Hadits 9
وَ
قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : مَنْ بَاتَ شَبْعَانَ رَيَّانَ وَاَحَدُ وَالِدَيْهِ
جِيْعَانٌ اَوْ عَطْشَانٌ حَشَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ جِيْعَانًا
وَعَطْشَانَ وَلَمْ يَسْتَحْيِ اللهُ مِنْ عَذَابِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
Nabi
SAW bersabda: ”Barangsiapa yang semalam
terasa kenyang dan segar,
sedangkan
salah satu dari kedua orang
tuanya
merasa lapar dan dahaga, maka
Allah menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan lapar dan haus,dan Allah
tidak malu-malu menyiksanya pada hari kiamat.”
(وَ قَالَ عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ مَنْ
وَضَعَ طَعَامًا طَيِّبًا فِى بَيْتِهِ وَاَكَلَهُ دُوْنَ وَالِدَيْهِ اَحْرَمَهُ
اللهُ تَعَالى لَذِيْذَ طَعَامِ الْجَنَّةِ. وَ قَالَ عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ
مَنْ بَاتَ شَبْعَانا رَيَّانا وَاَحَدُ وَالِدَيْهِ جِيْعَانٌ اَوْ عَطْشَانٌ
حَشَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ جِيْعَانًا وَعَطْشَانا وَلَمْ يَسْتَحْيِ
اللهُ تعالى مِنْ عَذَابِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ) وفى الاحياء قال صلى الله عليه
وسلم ان الجنة يوجد ريحها من مسيرة خمسمائة عام ولا يجدر يحهاعاق ولا قاطع رحم
(تنقيح القول)
Setiap
anak wajib memberi makan kepada kedua orang
tuanya. Tidak boleh dia kenyang
(bercukupan), sedangkan
kedua orang tuanya
kelaparan dan membutuhkan minum(kekurangan).
Lebih-lebih
jika memasak yang enak-enak, kedua
orangtuanya harus dikasih. Jika
seperti itu tidak dilakukan maka mendapatkan laknat dan siksa dari Allah SWT. Dia tidak bisa mendapatkan kenikmatan
surga. Di dalam
kitab Ihya Ulumuddin Imam Ghazali
berkata, sebenarnya
Rasulullah SAW sudah memberikan keterangan:
“Mencium
harum wanginya surga itu sudah bisa dicium dari jarak 500 tahun, tetapi orang yang durhaka kepada
kedua orang tua
dan orang yang pelit terhadap saudaranya itu tidak akan bisa mencium harum
wanginya surga.” (Tanqihul
Qaul)
Hadits 10
وَ
قَالَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : مَنْ رَفَعَ يَدَيْهِ لِيَضْرِبَ اَحَدَ وَالِدَيْهِ غُلَّتْ
يَدُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اِلى عُنُقِهِ مَشْلُوْلَةً قَالُوْا يَا رَسُوْلَ
اللهِ وَاِنْ ضَرَبَهُمَا ؟ قَالَ تُقْطَعُ يَدُهُ قَبْلَ اَنْ يَجُوْزَ عَلَى
الصِّرَاطِ وَتَضْرِبُهُ الْمَلَائِكَةُ.
Nabi
SAW bersabda: ”Barangsiapa yang menggangkat kedua
tangannya
untuk memukul salah satu kedua orang
tuanya, maka pada hari kiamat
tangannya dibelenggu pada lehernya dalam keadaan lumpuh (mati sebelah).” Para sahabat bertanya: ”Bagaimana jika dia
memukul keduanya?” Beliau bersabda:”Tangannya dipotong sebelum
melewati Ash-Shirath(jembatan
melintas di atas
neraka menuju surga), dan
dia dipukul para malaikat.”
(وَ قَالَ
عَلَيْهِ الصلاة والسَّلَامُ مَنْ رَفَعَ يَدَيْهِ لِيَضْرِبَ اَحَدَ وَالِدَيْهِ
غُلَّتْ يَدُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اِلى عُنُقِهِ مَشْلُوْلَةً قَالُوْا يَا
رَسُوْلَ اللهِ وَاِنْ ضَرَبَهُمَا قَالَ تُقْطَعُ يَدُهُ قَبْلَ اَنْ يَجُوْزَ
عَلَى الصِّرَاطِ وَتَضْرِبُهُ الْمَلَائِكَةُ) وعن أنس ابن مالك رضى الله عنه أنه
قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول مامن رجل مات ووالداه غير راضيين عليه
الا أخرج الله روحه على غير الشهادة ولا بخرج من قبره الا وعلى وجهه مكتوب هذا جزاء
من عصى الله تعالى هذا جزاء من عق والديه وعن على بن أبى طالب كرم الله وجهه ورضى
الله عنه قال كنا جلوسا مع النبى صلى الله عليه وسلم أنا وجماعة من الصحابة اذ
أتاه رجل فقال السلام عليكم ورحمة الله وبركاته فقلنا له فعليك السلام فقال يا
رسول الله ان عبد الله بن سلام يدعوك ليودعك وانه مريض وعلى خروج من الدنيا فلما
سمع ذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم استوى قائما ثم قال لهم قوموابنا نزور أخانا
عبد الله ثم مضى رسول الله صلى الله عليه وسلم هو ومن معه من أصحابه حتى أتوا الى
منزله فاستأذنوا عليه فأذن لهم فى الدخول فوجدوه فى غمرات الموت فوقف رسول الله
صلى الله عليه وسلم عند رأسه وقال يا عبد الله قل أشهد ان لا اله الا الله وحده لا
شريك له وأن محمدا عبده ورسوله فقالها فى أذنه ثلاثا فلما يقلها فقال النبى صلى
الله عليه وسلم لا حول ولا قوة الا بالله العلى العظيم امض يا بلال الى امرأته
واسألها ما كان يعمل زوجها فى الدنيا وما كان شغله فسألها فقالت له يا بلال وحق
رسول الله ما أعرف من يوم تزوجنى أنه ترك الصلاة خلف رسول الله صلى الله عليه وسلم
ولا مضى عليه يوم الا تصدق فيه بشىء لوجه الله تعالى فقال النبى صلى الله عليه
وسلم ان الأمر لمجيب اسألها يا بلال هل له والدة فقالت يا رسول الله انها غضبانه
عليه فقال النبى صلى الله عليه وسلم يا بلال امض لوالدته فمضى اليهاوقال أجيبى
النبى صلى الله عليه وسلم فقالت وما ذلك فقال يصلح بينك وبين ولدك عبد الله وانه
على خروج من الدنيا فقالت فحق رسول الله لا أمضى ولا أجعلنه فى حل مما أذانى لا
دنيا ولا أخرى أنها امتنعت فأتى بلال الى النبى صلى الله عليه وسلم وأعلمه بذلك
فقال النبى صلى الله عليه وسلم يا عمر و يا على اذهبا فأتيابها فذهبا اليها فلما دخلا
عليها قالا لها أيتها العجوزان النبى صلى الله عليه وسلم يدعوك فقالت وما يريد منى
فهل له من حاجة فقالا لها لابد أن تمشى معنا فمشت معهما حتى أتت الى النبى صلى
الله عليه وسلم فقال لها النبى صلى الله عليه وسلم أيتها العجوز انظرى الى ولدك
وما هو عليه فلما نظرت اليه قالت يا ولدى لا أجعلك اليوم فى حل من حق لا فى الدنيا
ولا فى الآخرة فقال النبى صلى الله عليه وسلم أيتها العجوز خافى الله عز وجل
واجعليه فى حل فقالت يا رسول الله كيف أجعله فى حل وهو قذرنى وضربنى وطردنى من
بيته لأجل امرأته فقال النبى صلى الله عليه وسلم اجعليه فى حل فقالت العجوز أشهدك
يا رسول الله أنت ومن معك أنى جعلته فى حل فقال النبى صلى الله عليه وسلم يا عبد
الله قل أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له وأن محمدا عبده ورسوله فرفع صوته
باشهادة ثم توفى على ذلك رضى الله عنه فلما صلينا عليه ودفناه قال النبى صلى الله
عليه وسلم يا معاشر المسلمين الا من كان له والدة ولم يبرها خرج من الدنيا على غير
شهادة كذا فى رياض الصالحين للعارف بالله يحي النووى (تنقيح القول)
Hadist
ini memberikan keterangan sebenarnya memukul
(menyakiti
badannya)
kedua orang tua
itu termasuk dosa besar yang siksanya sangat pedih. Maka kaum muslimin jangan sampai
durhaka kepada kedua orangtua, apalagi
membuat sakit badannya kedua orangtua.
Sahabat
Annas bin Malik sudah memberikan keterangan jika dia mendengar Rasulullah SAW
berbicara: “Orang
yang ditinggal mati oleh kedua orang
tuanya
akan tetapi kedua orang tuanya
tidak ridha kepada dia (anaknya), namun pada waktu itu dia mati, maka dia mati kafir. Dan ketika dibangunkan dari kubur, di dahinya (wajahnya) ada tulisan: Inilah balasan orang maksiat kepada
Allah SWT. Dan
inilah orang yang durhaka kepada kedua orangtua.”
Sahabat
Ali bin Abi Tholib memberikan keterangan, suatu hari saya dengan para sahabat
duduk bersama-sama dengan Rasulullah SAW, beliau berkata ada orang
laki-laki datang ketika mengucapkan salam: السلام
عليكم ورحمة الله وبركة . Setelah saya menjawab salam, orang laki-laki itu lalu berkata
kepada Rasulullah: ”Ya
Rasulullah, Abdullah
bin Salam meminta Rasulullah ada di
dalam
syukurannya, karena
pada waktu itu dia sedang sakit para.” Setelah berbicara seperti itu kepada Rasulullah lalu
dia diam, mengajak
para sahabat ziarah (menjenguk)
Abdullah bin Salam. Ketika
Rasulullah dan para sahabatnya (bala
tentaranya) sudah
sampai di rumahnya
Abdullah bin Salam, lalu
disuruh masuk ke dalam kamarnya.
Ketika
itu keadaan dia sudah sakaratul maut.(سكرة الموت). Maka Rasulullah lalu berbicara atau
berbisik di sebelah
kepalanya Abdullah, dengan
berbicara: “Ya
Abdullah, ucapkan اشهد ان لااله الاالله واشهد انّ محمد رسوله وحول ولاقوة الا
بالله العلىى الظيم” Berbicara seperti itu diulang
sampai 3 kali oleh Rasulullah sampai di
dekatkan
dalam telinga Abdullah bin Salam,
tetapi
Abdullah tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat tersebut. Maka Rasulullah berbicara: “Wahai
Bilal, panggilkan isrtinya Abdullah bin
Salam dan tanyakan pekerjaannya
Abdullah bin Salam ketika di dunia, serta apa yang menyebabkan dia
seperti ini sehingga dia tidak bisa membaca syahadat.” Lalu Bilal menyampaikan
pembicaraannya Rasulullah. Jawab
istrinya Abdullah bin Salam
: ”Wahai Bilal, mulai saya menjadi istrinya
Abdullah bin Salam belum pernah saya meninggalkan salat berjamaah dengan
Rasulullah, setiap
hari pasti dia bershadaqah, dan melakukan perintahnya ridhonya
Allah SWT”. Bersamaan
Rasulullah menerima jawaban yang seperti itu lalu berkata: ”Jika seperti itu,sangat
menggagumkan, maka
tanyakan wahai Bilal,
Apakah Abdullah bin Salam masih punya
ibu.” Lalu
ditanyakan kepada istinya Abdullah,
ia
menjawab jika kepada ibunya
sangat durhaka. Rasulullah
berkata: “Wahai
Bilal panggilkan ibunya Abdullah bin Salam.”
Sesampainya
di sana Bilal berkata: “Ibu, maukah
ibu datang kepada Rasulullah di rumahnya
Abdullah bin Salam sudah dalam keadaan sakaratul maut(سكرة
الموت (, jawab ibunya: ”Wahai Bilal, Demi haq utusannya Rasulullah, saya tidak akan datang di rumahnya Abdullah bin Salam
walaupun yang menyuruh Rasulullah.
Karena
sakit hatiku belum sembuh terhadap Abdullah,
saya
tidak ridho/rela dunia akhirat karena dia sudah menyakiti hatiku ibunya
Abdullah tetap teguh tidak mau datang kepada Rasulullah. Bilal lalu berbicara kepada
Rasulullah, maka
Rasulullah lalu menyuruh sahabat Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib ra
supaya menjemput ibunya Abdullah setelah masuk rumahnya,sahabat Umar dan Ali
berkata: ”Wahai orang tua yang sudah lanjut usia,
Rasulullah memanggil saya.”
Jawabanya:”Ada
maksud apa Rasulullah memanggil saya”. Pembicaraan sahabat Umar dan Ali : “Mau tidak mau ibu harus datang
bersama saya waktu ini juga.”
Sebenarnya ibunya Abdullah bin Salam datang ke
Rasulullah bersama sahabat Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Tholib. Setelah sampai, Rasulullah berkata: “Wahai ibu, Saya meninggalkan anakmu yang baru
sakaratul maut(سكرت الموت ( itu,
ibu
itu melihat anaknya, lalu
berkata: ”Anakku, saya tetap tidak ridho/rela dunia
sampai akhirat kepadamu, karena
kamu sudah menyakiti hatiku.” Rasulullah berkata: ”Ibu takutlah kepada siksanya
Allah SWT. Ampunilah dosanya anakmu jangan sampai anakmu mendapatkan siksa
diakhirat.” Jawabannya orang perempuan itu, ”Wahai Rasulullah, sampai di mana
saya bisa ridho dan memberikan ampunan kepada dia, padahal saya pernah dihina
dan dipukuli. Saya
diusir dari rumahnya karena dia membela dan menuruti (memulyakan) istrinya.” Rasulullah berkata: ”Ibu walaupun engkau sangat durhaka/benci kepada anakmu, tetapi pada waktu itu berilah dia
ampunan.” Wanita
itu lalu berkata kepada Rasulullah:
”Wahai
Rasulullah, sampai
disaksikan Rasulullah dan para sahabat yang datang saya benar-benar sudah
memberi ampunan kepada kesalahan anakku,
yaitu
Abdullah bin Salam.” Maka
Rasulullah lalu berkata kepada Abdullah bin Salam: ”Wahai Abdullah, ucapkanلااله
الا الله محمد رسول الله , dengan suara lembut dan halus
Abdullah bin Salam mengucapkan kalimat sahadat. Dan
ketika itu dia langsung meninggal dalam keadaan khusnul khotimah ( حسن الحا تمه), sahabat Ali bin Abi Tholib memberi
keterangan, ketika
jenazah Abdullah bin Salam sudah diurus
(dimakamkan
menurut syara’), lalu Rasulullah berkata dipinggir
makam dengan berkata:
“Wahai
kaum muslimim, ingatlah! Barang siapa mempunyai ibu tidak
berbakti ada di dunia
ini, maka sewaktu-waktu dia mati maka
akan mati kafir. Maka
berbaktilah kepada kedua orangtua supaya mendapatkan حسن الحا تمه seperti itu keterangan dalam kitab Riyadus
sholihin yang ditulis Imam An-Nawawi Al-Baghdadi. (Tanqihul
Qaul)